Naskah Khutbah Jum’at:
MENYIKAPI PANDEMI CORONA VIRUS (COVID-19)
Oleh: Mohamad Kholil, S.S., M.S.I.
(Jum’at, minggu ketiga April 2020)
Khutbah Pertama:
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الأزْمَانِ وَالآنَاءِ، فَلاَ ابْتِدَاءَ
لِوُجُوْدِهِ وَلاَ انْتِهَاءَ، يَسْتَوِيْ بِعِلْمِهِ السِّرُّ وَالْخَفَاءُ، وهو
القَائِلِ: وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ
إِلاَّ اللهُ الْكَبِيْرُ المُتَعَالِ، المُنَزَّهُ عَنِ الشَّبِيْهِ
وَالْمِثَالِ، الَّذِيْ يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ كُلُّ شَيْءٍ فِي الْغُدُوِّ
وَالآصَالِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ
حَذَّرَنَا مِنْ دَارِ الفُتُوْنِ، المُنَزَّلُ عَلَيْهِ: إِنَّكَ
مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُوْنَ. اللَّهُمَّ فصَلِّ وسلّم عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ
وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Hadirin, sidang Jum’ah rahimakumullah,
Suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang
berada di masjid, beliau didatangi seorang Arab Badui dengan menaiki seekor unta.
Saat sampai di depan masjid Nabawi, unta tersebut dibiarkannya begitu saja tanpa
diikat. Melihat perbuatan orang Arab Badui tersebut, Nabi lalu memintanya agar
mengikat untanya terlebih dahulu. Namun orang Arab Badui itu menjawab, “Aku
sudah bertawakkal (pasrah sepenuhnya) kepada Allah, wahai Nabi.” Mendengar jawaban
orang Arab Badui tersebut, Rasulullah SAW kemudian bersabda:
إعقلها ثم توكل على
الله
“Ikatlah terlebih dahulu unta itu,
baru kemudian engkau bertawakkal kepada Allah.” (H.R. at-Tirmidzi)
Sabda Rasulullah SAW kepada Badui
tersebut menjelaskan bahwa tawakkal atau berserah diri kepada Allah tidak boleh
dengan ‘berpangku tangan’, tanpa melakukan usaha atau ikhtiar sama sekali. Konsep
inilah yang di kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah dikenal dengan istilah “kasb”
dalam menyikapi taqdir dan ketentuan Allah, yang membedakannya dengan paham
Qadariyah maupun Jabbariyah.
Hadirin sekalian rahimakumullah,
Di tengah wabah Corona yang saat ini melanda
hampir semua negara, tak ada hal lain yang dapat kita ambil sebagai pelajaran
berharga, selain menghayati kembali makna tawakkal yang sebenar-benarnya. Kisah
unta di atas dapat menjadi contoh bagi kita, bahwa tawakkal kepada Allah dalam menghadapi
wabah Corona saat ini tidak akan bermanfaat apa-apa tanpa adanya peran ikhtiar kita
sendiri, yakni usaha kita agar terhindar dari penularan wabah, baik melalui ikhtiar
lahiriyah maupun ikhtiar batiniyah. Di dalam al-Quran (surat ar-Ra’d: 11) Allah
SWT berfirman:
إِنَّ اللّهَ لاَ
يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan
suatu kaum, sebelum kaum itu sendiri mau berupaya mengubahnya”.
Artinya, jika kita hanya sekadar
bertawakal, tanpa melakukan upaya-upaya pencegahan, mengabaikan himbauan
pemerintah, serta tidak mengikuti peringatan dokter dan para ahli medis, maka hakikatnya
kita belum melakukan tawakkal itu dengan benar.
Itulah pembelajaran pertama yang bisa
kita petik dari fenomena pandemi wabah Corona yang saat ini melanda dunia. Bahwa
tawakkal tetap mengharuskan kita melakukan upaya-upaya nyata, baik upaya
lahiriyah dengan mengikuti anjuran pemerintah, maupun upaya batiniah dengan
memperbanyak do’a.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pembelajaran kedua yang juga bisa kita
ambil dari fenomena wabah Corona ini adalah, kita bisa makin dekat dengan
keluarga di rumah, mengikuti himbauan pemerintah: social distancing atau
mengurangi segala aktivitas di luar rumah, dalam rangka memutus potensi
penularan wabah. Situasi ini sesungguhnya pernah diisyaratkan oleh Sayyiduna
Ali bin Abi Thalib sejak ratusan tahun silam. Beliau mengatakan:
يأتي على الناس زمان
يكون فيه أحسنهم حالا من كان جالسا في بيته
“Akan datang satu masa dalam kehidupan
manusia, di mana orang yang keadaannya paling baik adalah orang yang senantiasa
duduk (berdiam diri) di dalam rumahnya”.
Selain itu, dalam kondisi sekarang ini kita
juga bisa memperbanyak amaliyah ibadah kita di rumah. Jika selama ini ibadah
hanya kita laksanakan di masjid atau di mushalla terutama saat shalat fardhu
saja, maka saat ini kita tetap bisa melaksanakan ibadah fardhu sekaligus ibadah-ibadah
sunnah di rumah. Hal ini agar rumah kita pun selalu diliputi cahaya, tidak
kosong dan hampa seperti kuburan. Dalam sebuah hadits riwayat Sayyidah Aisyah RA,
sebagaimana tercantum dalam kitab Musnad Ahmad, Nabi SAW pernah
bersabda:
صَلُّوا فِي
بُيُوتِكُمْ وَلَا تَجْعَلُوْهَا عَلَيْكُمْ قُبُوْرًا
“Shalatlah kalian di rumah kalian
(terutama shalat-shalat sunnah). Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan.”
Termasuk juga amalan ibadah yang sangat
baik dilakukan di rumah adalah berdzikir dan membaca al-Quran. Karena
bacaan ayat-ayat al-Quran akan membuat rumah menjadi terang bercahaya. Dalam
sebuah hadits yang dihimpun oleh Imam al-Baihaqi dalam kitabnya Syu’abul
Iman dikatakan:
الْبَيْتُ الَّذِي يُقْرَأُ فِيهِ الْقُرْآنُ يتراءى لِأَهْلِ السَّمَاءِ،
كَمَا تتراءى النُّجُومُ لِأَهْلِ الْأَرْضِ
“Sesungguhnya rumah yang sering dibacakan
ayat-ayat al-Qur’an akan terlihat terang dalam pandangan para malaikat penduduk
langit, sebagaimana terangnya bintang-bintang di langit dalam pandangan
penduduk bumi”.
Hadirin sekalian rahimakumullah,
Pembelajaran yang ketiga adalah kita makin
memahami kebesaran dan kuasa Allah. Kita bisa saksikan, bagaimana negara-negara
di dunia, tak terkecuali negara-negara adi daya dan super power, yang memiliki
kekuatan militer dan kecanggihan senjata, hampir semuanya tak berdaya
menghadapi pergerakan virus kecil Corona yang tak kasat mata. Oleh karena itu,
mari kita sama-sama introspeksi diri dan muhasabah. Allah selalu memiliki
alasan menguji para hamba-Nya. Dengan adanya pandemi wabah Corona ini, tentu
sangat berdampak bagi kondisi ekonomi dan kehidupan kita. Namun kita semua
harus yakin, akan ada cahaya terang di depan kita, asal kita menghadapinya
dengan sabar, ikhlas dan terus berikhtiar sekuat tenaga, mengikuti himbauan
pemerintah dan para pakar medis yang ahli di bidangnya.
Semoga kita semua selalu diberikan
kesehatan dan perlindungan oleh Allah SWT, dan wabah yang saat ini melanda
semoga segera diangkat oleh Allah dari muka bumi. Amin ya rabbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ
فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ
الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
الحمد لله الذي أَكرَمَنا بِدِين الحقّ المبين،
وأَفضَلَنا بِشريعة النّبي الكريم، أشهد أن لا اله إلاّ اللهُ وحده لا شريك له
الملِكُ الحقُّ المبين، وأشهد أنّ سيّدَنا ونبيَّنا محمدا عبدُه و رسولُه
سيّدُالأنبياء والمرسلين، اللهم صلّ وسلّم وبارك على نبيِّنا محمد وعلى اله وصحبه
والتابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أما بعد: فيأيّها الناس اتّقوا الله،
وافعلوا الخيرات واجتنبوا عن السيئات، واعلموا أنَّ الله أمَركم بأمرٍ بدأ فيه
بنفسه وثـنّى بملآئكته بقدسه, وقال تعالى: إنَّ الله وملآئكته يصلّون على النبى
يآأيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ على سيدنا محمد وعلى
أنبيآئك ورُسُلِك وملآئكتِك المقرّبين, وارضَ اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي بكر
وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى
يوم الدين, وارض عنّا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوات. اللهمّ اصرِف عنّا البلاء والوباء
ونجِّنا من والطّاعون والكورونا ما نَعلمُ وما لا نَعلمُ وأنت علاّم الغيوب.
تَحَصَّنَّا بِذي العِزّة والجَبَرُوت واعْتَصَمْنا بِرَبّ المَلَكوت وتوكّلنا على
الحيّ الذي لا يموت. اللهمّ إنّا استَوْدَعْنَاك إندونيسيا أهلَها كِبارَها وصِغارَها
رِجالَها ونِساءَها, بجودك وكرمك يا أكرم الأكرمين. ربّنا آتنا في الدّنيا حسنة
وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النّار. والحمد لله رب العالمين. عبادالله، إنّ الله
يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم
لعلّكم تذكّرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم ولذكرالله
اكبر.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar