Kamis, 06 Juli 2017

Naskah Khutbah Jum'at: "Memaknai Kemenangan di Bulan Syawal Secara Hakiki"

Naskah Khutbah Jum’at:
MEMAKNAI KEMENANGAN DI BULAN SYAWAL SECARA HAKIKI
Oleh: Mohamad Kholil, S.S., M.S.I.
(Disampaikan di Masjid Jami’ Al-Ikhlash Dukuhjeruk Kec. Karangampel Kab. Indramayu,
Jum’at, 7 Juli 2017 M / 13 Syawal 1438 H)


KHUTBAH I

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Hadirin sidang Jum’ah yang dirahmati Allah,

Segala puji dan rasa syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kita dapat kembali berkumpul di masjid ini, dalam keadaan sehat wal ‘afiat baik jasmani maupun ruhani. Dan berkumpulnya kita di masjid ini, semoga menjadi pertanda masih adanya iman dan Islam yang terpatri di dalam hati. Ini semua tentu tak lain merupakan hidayah dan ‘inayah-Nya yang juga patut kita syukuri, dengan cara senantiasa bertaqwa kepada Allah Rabbul ‘Izzati, yakni menunaikan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sikap taqwa yang kita miliki itu sudah seharusnya kita jaga dan pelihara dengan istiqamah sehidup semati, seraya berharap semoga kelak pada saatnya kita semua mampu menutup usia dan meninggalkan dunia fana’ ini dalam keadaan husnul khatimah. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Jamaah Jum’at rahimakumullah,
Saat ini kita tengah berada di minggu kedua bulan Syawal. Bulan suci Ramadhan sudah dua pekan meninggalkan kita. Tidak ada kepastian apakah di tahun mendatang kita masih bisa kembali berjumpa dengannya, menggapai keutamaan-keutamaannya, mewarnai nuansa ibadah di dalamnya, ataukah justru Allah telah terlebih dulu memanggil kita. Imam al-Haddad dalam hal ini mengatakan:
لا تسكب الدمعات لرحيل رمضان, فرمضان سيعود. لكن اسكب الدمعات خشية أن يعود رمضان أنت راحل.
“Tak perlu kau menangis menumpahkan air mata atas kepergian Ramadhan, karena Ramadhan pasti akan kembali. Tetapi menangislah karena satu alasan, yakni: bisa jadi saat Ramadhan itu kembali engkau telah keburu pergi (menghadap ilahi)”.
Kita pun tidak pernah tahu secara pasti, apakah amaliyah ibadah yang kita lakukan selama bulan suci Ramadhan mendapatkan perkenan dan diterima oleh Allah SWT atau tidak. Oleh karena 2 hal yang belum pasti inilah, membuat sebagian besar ulama salafus shalih terdahulu senantiasa berdo’a kepada Allah selama 6 bulan sejak Syawal hingga Rabi’ul Awal agar ibadahnya selama Ramadhan diterima, lalu selama 6 bulan berikutnya dari bulan Rabi’ul Awal hingga Sya’ban berdo’a agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan berikutnya.

Jama’ah sekalian yang dirahmati Allah,
Makna bulan Syawal secara lughawi berarti “peningkatan”. Itulah yang sesunguhnya menjadi tujuan dari ibadah puasa. Karena setelah melewati Ramadhan, diharapkan orang-orang yang beriman meraih derajat ketakwaan yang meningkat, menjadi seorang muslim yang bersih dari dosa-dosa sebagaimana bayi yang terlahir ke dunia. Termasuk juga meningkat kualitas pribadinya, yang selama Ramadhan telah dilatih secara terus menerus sebulan penuh baik lahir maupun batin. Tentunya kita tidak ingin amal ibadah yang kita lakukan dengan susah payah di bulan suci tidak membuahkan apa-apa yang berarti. Kita semua juga tentu mengharapkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik, menjadi orang-orang bertakwa yang selalu taat dan patuh kepada Allah SWT. Karena kemuliaan manusia di hadapan Allah SWT hanya diukur dari tingkat ketakwaannya, sebagaimana firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya telah Aku ciptakan kalian laki-laki dan perempuan, dan telah Aku jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian dapat saling mengenal, dan (ketahuilah) sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. (QS. al-Hujurat: 13).

Jama’ah jum’at hadaniyallahu wa iyyakum,
Akan tetapi, fenomena umum yang dapat kita saksikan justru sebaliknya. Syawal, seakan-akan menjadi bulan yang ditunggu-tunggu agar terlepas dari belenggu dan bebas melakukan kegiatan apa saja seperti sedia kala. Contoh nyata dari fenomena tersebut yang dapat kita rasakan di antaranya, banyaknya prilaku sebagian masyarakat, terutama generasi muda, yang merayakan Idul Fitri dengan pesta pora dan kegiatan yang melampaui batas serta bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama, maraknya kembali tempat hiburan kemaksiatan yang sebulan sebelumnya ditutup. Bahkan tempat-tempat maksiat itu justru langsung kembali ramai sejak hari petama bulan Syawal. Masjid-masjid pun kembali sepi dari jamaah shalat. Lantunan ayat suci al-Qur’an juga kembali jarang terdengar, yang ada justru umpatan, luapan emosional, dan kemarahan yang kembali membudaya. Prilaku semacam ini ibarat mengotori kain putih yang baru saja sebulan sebelumnya telah dengan susah payah dicuci bersih.

Hadirin juma’ah jum’at yang dirahmati Allah,
Oleh karenanya, di bulan Syawal ini marilah kita melakukan intropeksi dan evaluasi terhadap amal ibadah kita, agar setelah Ramadhan berlalu kita benar-benar menjadi pribadi yang lebih baik dari pada sebelumnya. Hari ini lebih baik dari pada hari kemarin. Kegagalan masa lalu harus kita jadikan pelajaran berharga untuk tidak kita ulangi lagi di masa yang akan datang. Berangkat dari introspeksi semacam ini serta dengan mengingat makna dan semangat bulan Syawal, kita diharapkan betul-betul mampu mengamalkan sikap istiqamah, yaitu sikap komitmen dan konsisten untuk selalu berjalan di atas rel kebaikan serta senantiasa patuh mengikuti perintah dan ajaran agama, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Maka istiqamahlah kamu sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang-orang yang telah bertaubat, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud: 112).

Sikap istiqamah ini penting kita tanamkan dalam diri kita sejak sekarang. Karena satu amal kebaikan yang dilakukan secara istiqamah itu jauh lebih baik dari pada seribu kemuliaan, sebagaimana sering dikatakan oleh para ulama:
الإستقامة خير من ألف كرامة
Bahwa sebuah sikap istiqamah itu lebih baik dari pada memiliki seribu karamah. Tentang pentingnya sikap istiqamah ini, Imam al-Ghazali juga menerangkan:

لا خيرَ في خيرٍ لا يدومُ بل شرٌّ لا يدومُ خيرٌ مِن خيرٍ لا يدومُ
“Tak ada baiknya kebaikan yang tidak dilakukan secara istiqamah atau terus menerus. Bahkan sebaliknya, keburukan yang tidak dilakukan terus menerus, itu lebih baik dari pada kebaikan yang dilakukan tidak terus menerus.”


Hadirin yang dirahmati Allah,

Demikian khutbah ini kami sampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita sekalian. [ ]

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH II
الحمد لله الذي أَكرَمَنا بِدِين الحقّ المبين، وأَفضَلَنا بِشريعة النّبي الكريم، أشهد أن لا اله إلاّ اللهُ وحده لا شريك له، الملِكُ الحقُّ المبين، وأشهد أنّ سيّدَنا ونبيَّنا محمدا عبدُه و رسولُه، سيّدُالأنبياء والمرسلين، اللهم صلّ وسلّم وبارك على نبيِّنا محمد وعلى اله وصحبه والتابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أما بعد: فيأيّها الناس اتّقوا الله، وافعلوا الخيرات واجتنبوا عن السيئات، واعلموا أنَّ الله أمَركم بأمرٍ بدأ فيه بنفسه وثـنّى بملآئكته بقدسه, وقال تعالى: إنَّ الله وملآئكته يصلّون على النبى يآأيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ على سيدنا محمد وعلى أنبيآئك ورُسُلِك وملآئكتِك المقرّبين, وارضَ اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين, وارض عنّا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوات. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاً طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ. ربّنا آتنا في الدّنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النّار. والحمد لله رب العالمين. عبادالله، إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلّكم تذكّرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم ولذكرالله اكبر.