Jumat, 08 November 2024

Naskah Khutbah Jumat: Membangun Semangat Kepahlawanan

 Khutbah I

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ الحُرِّيَّةَ وَالاسْتِقْلَالَ حَقًّا لِبَنِي الإِنْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullâh, 

Sebentar lagi kita akan memperingati satu peristiwa yang cukup penting dan bersejarah bagi perjalanan bangsa kita, yakni Hari Pahlawan 10 November 1945. Pada hari itu, tujuh puluh sembilan tahun lalu, segenap rakyat Indonesia dari berbagai unsur, termasuk kaum santri dan ulama yang didorong oleh semangat Fatwa Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama 22 Oktober 1945, terlibat pertempuran besar di Surabaya demi mempertahankan kedaulatan negara yang baru saja merdeka, dari upaya tentara Belanda dan sekutunya yang hendak kembali menjajah bangsa kita.  Kemerdekaan bangsa kita bukanlah hadiah atau pemberian secara cuma-cuma dari Jepang maupun Belanda. Akan tetapi atas berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT yang ditebus dengan nyawa, cucuran darah, keringat dan air mata. Pada 10 November 1945 para santri dan ulama dari berbagai daerah se-antero Jawa dan Madura bersatu dan berjuang di Surabaya mengobarkan perlawanan terhadap penjajah demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia; demi menghapuskan perbudakan dan penjajahan dari bumi nusantara, karena bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.

Berkaitan dengan pentingnya kemerdekaan ini, Syekh Musthofa Al-Ghalayaini, seorang ulama yang cukup masyhur dari Beirut Libanon (lahir 1808 M) dalam kitabnya ‘Idzatun Nasyi’in (Nasehat untuk Generasi Muda) menyatakan:

 أَنَّ لِلأُمَمِ أَجَلًا وَأَجَلُ كُلِّ أمَّةٍ يَوْمَ تَفْقَدُ حُرِّيَّتُهَا 

Artinya: “Setiap bangsa memilika ajal (yang menjadi pertanda kematiannya), dan ajal setiap bangsa itu adalah manakala bangsa itu telah kehilangan kemerdekaannya.” 

Hadirin sidang Jum'at rahimakumullâh, 

Dalam menyambut peringatan hari pahlawan ini, marilah sejenak kita mengingat kembali kisah perang Khandaq, perang yang terjadi pada masa Rasulullah SAW ketika menghadapi serangan kaum kafir Quraisy beserta sekutunya yang hendak menyerang Madinah. Pada perang tersebut, umat Islam dilanda sejumlah kesulitan karena minimnya jumlah pasukan dan perlengkapan. Karena kalah jumlah pasukan, Rasulullah SAW pun atas usul Salman Al-Farisi (seorang sahabat Nabi dari Persia) akhirnya membuat jalur pertahanan berupa parit (yang dalam bahasa Arab disebut Khandaq). Saat membuat parit itu Rasulullah SAW ikut terjun langsung bersama para sahabat. Setelah berhari-hari membuat parit persediaan makanan di Madinah terus menipis, sehingga para sahabat banyak menderita kelaparan. Untuk menghilangkan rasa lapar, para sahabat banyak yang mengganjal perut mereka dengan batu. Demi sebuah kemerdekaan mereka semua rela menahan lapar.

Hingga suatu saat ada seorang sahabat yang karena sudah tidak kuat lagi menahan rasa laparnya ia menghadap kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, kami sudah mengganjal perut kami dengan satu batu, tapi kami tetap tidak kuat menahannya.” Rasulullah SAW pun tersenyum seraya memperlihatkan ikatan di perut Rasulullah SAW, ternyata sudah ada 2 batu terikat di perut beliau. Saat para sahabat merasakan lapar, Rasulullah SAW pun sebenarnya lebih lapar dari mereka. Inilah contoh jiwa kepemimpinan dan kepahlawanan sejati seorang pemimpin yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang saat ini sudah mulai jarang kita temukan. Apa yang dialami dan dilakukan oleh Rasulullah beserta sahabatnya itu merupakan contoh kecil tentang betapa mahalnya sebuah kemerdekaan: kemerdekaan dari penjajahan dan penindasan, kemerdekaan untuk menentukan nasib bangsanya sendiri, kemerdekaan untuk hidup tenang dan damai. Untuk meraih itu semua, mereka harus rela mengorbankan segalanya, mulai dari tenaga, pikiran, fisik, hingga nyawa. Demikian pula yang dilakukan para pahlawan dan para pendahulu bangsa kita. 

Hadirin jamaah Jum'at rahimakumullâh,

Membangun jiwa kepahlawanan, kepedulian dan pengorbanan untuk kepentingan diri kita sendiri mungkin tidaklah sulit, tetapi membangun jiwa kepahlawanan dan pengorbanan untuk orang lain dan masyarakat itu bisa luar biasa sulitnya. Marilah sejenak kita renungkan firman Allah SWT dalam QS Al Ahzab: 28-30.

 يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا (28) وَإِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا (29)

Artinya: “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, “Jika kamu sekalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah akan kuberikan kepadamu mut’ah (perhiasan) dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki keridhoan Allah dan Rosulnya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa saja yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar.” 

Berkaitan dengan ayat di atas, Ibnu ‘Asyur (1879-1973), seorang mufassir modern dari Tunisia, dalam kitab tafsirnya at-Tahrir wa at-Tanwir menjelaskan, asbabun nuzul atau latar belakang turunnya ayat tersebut adalah, saat Bani Quraidlah berhasil ditaklukan oleh Rasulullah SAW, kaum Muslimin mendapat harta ghanimah (rampasan perang) yang sangat banyak, sehingga para istri Rasulullah SAW menganggap beliau dalam keadaan berlimpah harta. Maka kemudian istri-istri Nabi itu pun meminta nafkah lebih kepada Rasulullah SAW. Dan kemudian turunlah ayat tersebut yang menyindir istri-istri Nabi, apakah mereka lebih memilih kehidupan dunia atau kehidupan akhirat.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dari sekelumit sejarah di atas, dan dengan semangat hari pahlawan ini, marilah kita bangkitkan jiwa pengorbanan, kepedulian dan kepahlawanan dalam diri kita untuk berjuang dan berkorban demi kebaikan masyarakat, kemajuan agama, serta nusa dan bangsa. Nabi SAW bersabda:

أحَبُّ الناسِ إلى اللهِ أنفَعُهم للناسِ (أخرجه الطبراني)

(Manusia yang paling dicintai Allah adalah manusia yang paling banyak memberikan manfaat kebaikan bagi manusia lainnya). Memberi manfaat dan kebaikan tidak harus berupa hal-hal yang bersifat materi, tetapi termasuk ilmu pengetahuan, saran atau pemikiran, kemasyhuran, jabatan dan kedudukan, bahkan tenaga serta apa saja yang sanggup dan mungkin dilakukan seseorang sesuai dengan porsi dan profesinya masing-masing. 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهمّ صلّ على سيدنا محمد وعلى أنبيآئك ورُسُلِك وملآئكتِك المقرّبين, وارضَ اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين, وارض عنّا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوات. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاً طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. ربّنا آتنا في الدّنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النّار. والحمد لله رب العالمين. عبادالله، إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلّكم تذكّرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم واسئلوه من فضله يعطكم ولذكرالله اكبر.

 

(Mohamad Kholil, Ketua DKM Masjid Jami’ Al-Ikhlas Dukuhjeruk; Wakil Ketua Lembaga Dakwah PCNU Indramayu; Plh. Ketua MWC NU Karangampel)



Rabu, 11 September 2024

Khutbah Jum'at: Empat Sifat Luhur Rasulullah SAW

 Khutbah Pertama:

الحمد لله الذي منّ علينا برسوله الكريم, وهدانا به إلى الدين القويم والصراط المستقيم, وأمرنا بتوقيره وتعظيمه وتكريمه, وفرض على كلّ مؤمن أن يكون أحبَّ إليه من نفسه وأولاده وخليله, وجعل محبّتَه سببا لمحبّته وتفضيله, أشهد أن لا إله إلاّ اللهُ الرؤوفُ الرحيم, وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله ذو الجاه العظيم, صلّى الله وسلَّم عليه وعلى سائر المرسلين, وآل كلٍّ والصحابة والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين. أمّا بعد, فيا أيّها الحاضرون, اتّقوا اللهَ حقَّ تُقاته, ولا تموتنّ إلاّ وأنتم مسلمون.

Ma’asyiral  muslimin rahimakumullah,

Hari ini kita telah berada di bulan ketiga hijriyah, yakni bulan Rabi’ul Awal 1446 H. Bulan ini disebut juga dengan bulan Maulud atau Maulid, karena pada bulan inilah 15 abad yang lalu dilahirkan ke dunia seorang manusia paripurna, penutup para Nabi dan Rasul, baginda Nabi Agung Muhammad SAW. Imam Ja'far bin Hasan bin 'Abdul Karim al-Husaini asy-Syahzuri di dalam kitabnya ‘Iqdul Jawahir atau yang lebih dikenal dengan nama kitab Maulid al-Barzanji, beliau mengungkapkan:

وكان صلى الله عليه وسلم أكمل الناس خلقاً وخلقاً ذا ذات وصفات سنية

“Bahwasanya Rasulullah SAW merupakan manusia paling sempurna, baik bentuk maupun akhlaknya, dan ia memiliki dzat serta sifat-sifat yang agung”.

Sebagai umatnya, marilah di bulan Maulid ini kita berupaya kembali meneladani akhlak-akhlak beliau dan menjadikannya sebagai teladan utama dalam perilaku kehidupan kita sehari-hari. Di dalam al-Qur’an al-Karim pada surat at-Taubat: 128, Allah SWT berfirman:

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari kalangan kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, ia sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, dan ia amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”

Ayyuhal hadhirun rahimakumullah,

Dalam firman Allah di atas, ada 4 sifat dan karakter mulia yang dimiliki Nabi Muhammad SAW, yaitu: (1) ‘Azizun ‘alaihi maa ‘anittum, (2) Harishun ‘alaikum, (3) Rauf, (4) Rahim

Pertama, ‘azizun ‘alaihi maa ‘anittum, maksudnya adalah bahwa semua kesengsaraan, kesusahan, penderitaan dan hal-hal pahit lainnya yang dirasakan oleh umatnya juga dirasakan oleh beliau. Beliau merasakan semua itu sebelum dirasakan oleh umatnya, bahkan seluruh waktu yang ia miliki digunakan untuk memikirkan umatnya. Tidak hanya di dunia, Rasulullah juga memikirkan urusan umatnya ketika di akhirat. 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, diceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah SAW membaca dua ayat al-Qur’an yang berisi curahan hati Nabi Ibrahim dan Nabi ‘Isa AS yang mengadukan kepada Allah tentang kondisi umatnya. Nabi Ibrahim berkata:

 رَبِّ اِنَّهُنَّ اَضْلَلْنَ كَثِيْرًا مِّنَ النَّاسِ فَمَنْ تَبِعَنِيْ فَاِنَّه مِنِّيْ وَمَنْ عَصَانِيْ فَاِنَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak manusia. Barang siapa yang mengikutiku maka ia termasuk golonganku, dan barang siapa yang mendurhakaiku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ibrahim: 36) 

Demikian pula Nabi ‘Isa, ia mengadukan umatnya kepada Allah:

اِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَاِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَاِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَاِنَّكَ اَنْتَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ

“(Ya Tuhanku) Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Maidah: 118)

Seketika Rasulullah SAW pun menangis setelah membaca dua ayat tersebut lalu mengangkat kedua tangannya sembari berkata: “Allahumma ummati, ummati, ummati (Ya Allah, bagaimana dengan umatku)”. Allah lalu berkata kepada Jibril:

يا جبريلُ اذهبْ إلى محمّد  - وربّك أعلم - فاسْأَلْه مَا يَبْكِيْكَ

“Wahai Jibril, pergilah kepada Muhammad, tanyakan apa yang membuatnya menangis”. Seketika itu Jibril pun pergi mendatangi Rasulullah dan menanyakan apa yang menyebabkannya menangis. Rasulullah SAW hanya menjawab: Wahuwa a’lamu (Allah lebih mengetahui). Mendengar jawaban dari Rasulullah, Jibril langsung menyampaikannya kepada Allah. Lalu Allah berkata kepada Jibril:

يا جبريلُ اذهبْ إلى محمّد  فقل إنّا سَنُرضِيكَ في أمّتك ولا نَسُوءُك

 “Wahai Jibril, pergilah kepada Muhammad dan katakan kepadanya: “Sesungguhnya Aku (Allah) akan selalu membuatmu ridha (dengan apapun permohonanmu), dan Aku tidak akan menyakitimu.”

Di dalam kitab Syarh Muslim, Imam Abi Zakariyya an-Nawawi menjelaskan:

هذا الحديثُ مشتمِل على أنواع من الفوائد منها : بيانُ كمالِ شَفَقَةِ النبي - صلى الله عليه وسلم - على أُمّتِه واعتِنَائِه بمَصَالِحِهم ، واهتِمَامِه بأَمرِهم ، ومنها : استحباب رفع اليدين في الدعاء ، ومنها : البِشارة العظيمة لهذه الأمّة - زادها الله تعالى شرَفا - بما وعَدها اللهُ تعالى بِقوله : سنرضيك في أمتك ولا نسوءك وهذا مِن أرجى الأحاديث لهذه الأمّة أو أرجاها ، ومنها : بيان عَظْم مَنْزِلَة النبي - صلى الله عليه وسلم - عند الله تعالى وعظيم لُطْفه [ ص: 439 ] سبحانه به - صلى الله عليه وسلم - ، والحكمة في إرسال جبريلَ لِسُؤالِه - صلى الله عليه وسلم - إظهار شَرَف النبي - صلى الله عليه وسلم - ، وأنه بالمحلّ الأعلى فيسترضى ويكرم بما يرضيه والله أعلم .

(Hadits tersebut di dalamnya menjelaskan beberapa hal yang sangat penting, yaitu: 1) mengenai kasih sayang Nabi yang sempurna kepada umatnya serta perhatian dan kepedulian beliau yang sangat besar untuk kebaikan mereka, 2) berkaitan dengan sunnahnya mengangkat kedua tangan saat berdo’a, 3) kabar gembira dan janji Allah SWT kepada umat Rasulullah SAW dengan memberikan kemuliaan tersendiri dibandingkan kepada umat-umat yang lainnya, 4) menjelaskan keagungan posisi Nabi SAW di sisi Allah SWT dan besarnya kasih sayang Allah SWT kepada beliau dan umatnya).      

Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah,

Kemudian sifat Nabi yang kedua, harishun ‘alaikum. Yang artinya Rasulullah mempunyai keinginan yang sangat besar agar semua umatnya senantiasa berada dalam cahaya petunjuk dan keimanan, serta jauh dari segala bentuk kemusyrikan. Keinginan beliau yang sangat besar agar manusia berada dalam cahaya keimanan sangat tampak dari kegigihan beliau dalam berdakwah. Segala rintangan yang datang silih berganti, fitnah dan api permusuhan yang datang kepada beliau, serta serangan dan ancaman apapun yang dialami sama sekali tidak menyurutkan semangat beliau dalam berdakwah demi menunjukkan jalan yang benar kepada umat manusia. 

Lalu sifat Nabi yang ketiga dan keempat, raufun rahim (bersifat penyantun dan penyayang). Imam al-Baghawi dalam kitab tafsirnya Ma’alimut Tanzil menjelaskan bahwa kasih sayang dan sikap santun Rasulullah tidak hanya kepada umat Islam atau orang-orang yang taat saja, namun juga kepada mereka yang bergelimang maksiat dan dosa.

قِيْلَ: وهو رَؤُوْفٌ بِالْمُطِيْعِيْنَ رَحِيْمٌ بِالْمُذْنِبِيْنَ

“Bahwa Rasulullah itu penyantun kepada orang-orang yang taat, dan tetap penyayang meski kepada orang-orang yang bergelimang dosa atau maksiat”

Ma’asyiral  muslimin rahimakumullah, 

Itulah empat sifat mulia Rasulullah SAW yang diterangkan oleh Allah dalam QS. at-Taubah: 128. Semoga kita semua senantiasa diberikan petunjuk dan kemudahan oleh Allah SWT dalam upaya mengikuti dan meneladani sifat-sifat luhur dan suri teladan beliau. Aamin ya Rabbal ‘Alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

الحمد لله على إحسانه, والشكر له على توفيقه وامتنانه. أشهد أن لا إله إلاَّ الله وحده لا شريك له, وأشهد أنَّ سيدنا محمدا عبده ورسوله الدّاعى إلى رضوانه. اللهمّ صلّ على سيدنا محمد, وعلى آله وأصحابه وسلِّم تسليما كثيرا. أمّا بعد, فيا أيها الناس, اتّقوا الله فيما أمر وانتهوا عمّا نَهَاكم. واعلموا أنَّ الله أمَركم بأمرٍ بدأ فيه بنفسه وثـنّى بملآئكته بقدسه, وقال تعالى إنَّ الله وملآئكته يصلّون على النبى يآأيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ على سيدنا محمد وعلى أنبيآئك ورسلك وملآئكتك المقرّبين, وارضَ اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين, وارض عنّا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين. اللهمّ اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحيآء منهم والأموات, إنّك سميع قريب مجيبُ الدعوات. اللهمّ أعزّ الإسلام والمسلمين وَأَذِلَّ الشّركَ والمشركين وانصر عبادَك الْمُوَحِّدِين المخلِصين واخذُل مَن خذَل المسلمين ودَمِّرْ أعدآئَنا وأعدآءَ الدّين وأَعْلِ كلماتِك إلى يوم الدين. اللهمّ ادفع عنّا البلاءَ والوَباءَ والزَّلازِلَ والْمِحَنَ وسوءَ الفتنة ما ظهر منها وما بطن عن بَلَدِنا إندونيسيا خآصةً وعن سائرِ البُلدانِ المسلمين عآمة يَا ربّ العالمين. ربّنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. عبادَ الله! إنَّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتآء ذي القربى وينهى عن الفحشآء والمنكر والبغي يعظكم لعلّكم تذكّرون, واذكروا الله العظيم يَذْكُرْكُمْ واشكروه على نِعَمِهِ يَزِدْكم واسئلوه من فضله يُعْطِكم, وَلَذِكرُ اللهِ أكبر.

 

 

Khutbah Jum'at: Bulan Shafar dan Pengantar Manusia Menuju Surga

Khutbah Pertama:

الحمد لله له الحمد في الأولى والآخرة، أحمده وأشكره على نعمه الباطنة والظاهرة، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، هدى بإذن ربه القلوب الحائرة، صلى الله وسلم وبارك عليه وعلى آله وصحبه نجوم الدجى والبدور السافرة، أمّا بعد, فيا عبادَ الله أُوصِيكم ونفسي بتقوى الله وطاعتِه لعلّكم تُفلِحون.

Hadirin jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah,

Saat ini kita telah berada di tengah bulan Shafar, bulan kedua dalam perhitungan kalender hijriyah. Menurut Imam Ibnu Mandzur dalam kitabnya Mu’jam Lisanil ‘Arab, bulan ini dinamakan “shafar” karena:

لإصفار مكة من أهلها إذا سافروا

Yakni, kosongnya kota Makkah pada masa itu karena sebagian besar penduduknya pergi melakukan perjalanan (keluar Makkah).

Terkait bulan shafar ini, dalam kitab Mandzumah Syarhi al-Atsar fi Maa Warada ‘an Syahri as-Shafar, Syaikh Abu Bakar al-‘Adni menjelaskan bahwa pada bulan inilah, 14oo tahun lebih yang lalu, bertepatan dengan bulan September tahun 622 M, Rasulullah untuk pertama kalinya melangkahkan kaki berhijrah meninggalkan tanah kelahirannya, Makkah al-Mukkarramah, menuju Yatsrib, yang kemudian berganti nama menjadi Madinah al-Munawwarah.

Dalam kitab Bahjatun Nufus wal Asrar, Imam al-Murjani (wafat 770 H/1369 M) menjelaskan, bahwa Rasulullah tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabi’ul Awal. Beliau disambut dengan penuh suka cita oleh seluruh penduduk Madinah. Salah satu sabda beliau saat pertama kali tiba di Madinah adalah terkait empat amal yang akan mengantarkan seseorang ke dalam surga. Di  hadapan para sahabat dan penduduk Madinah, beliau bersabda:

أيها النّاس أَفْشُوا السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصِلُوا الأَرْحَامَ وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ

“Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makan orang-orang yang kelaparan, sambunglah tali persaudaraan, dan shalat malam-lah tatkala orang lain tertidur pulas, niscaya kalian akan masuk ke dalam surga dengan penuh kedamaian.” (HR. Imam Ibnu Majah dan Imam  Ahmad)

Jamaah Jum’at rahimakumullah,

Pesan pertama Rasulullah dalam sabda di atas adalah afsyus salaam. Sebarkanlah salam, sebarkan kedamaian. Rasulullah menganjurkan umatnya agar saling mengucap salam dan menebar kedamaian. Kapanpun dan di manapun, seorang muslim harus menjadi inisiator perdamaian, bukan penebar pertikaian dan permusuhan. Hal ini sesuai dengan makna “Islam” yang secara harfiyah berarti kedamaian, dan Islam sejak awal kemunculannya sangat mencintai kedamaian dan menebarkan rahmat kasih sayang. Di dalam al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين

“Dan tidaklah Aku mengutusmu (Muhammad) kecuali agar engkau menjadi rahmat bagi seluruh alam”. (QS. Al-Anbiya: 107)

Sejak pertama kali Rasulullah berdakwah menyebarkan Islam, tak ada satu orang pun yang dipaksa masuk Islam. Islam disebarkan oleh beliau dengan penuh kedamaian dan kebijaksanaan. Bahkan setiap kali Rasulullah disakiti atau mendapat perlakuan tidak manusiawi, beliau tidak pernah membalas dengan tindakan serupa, baik saat Nabi berada di Makkah maupun di Madinah. Bahkan sepeninggal Rasulullah pun, tak pernah ada paksaan atas seseorang memeluk agama Islam. Termasuk dakwah yang dilakukan oleh Wali Songo dan jejaringnya dalam penyebaran Islam di nusantara, semua dilakukan dengan cara bil hikmah wal mau’idzatil hasanah serta uswah hasanah dan akhlak mulia. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

أدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِه وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ   

Serulah (manusia) menuju jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka (bila memang diperlukan) namun dengan cara yang baik-baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Sebagai pembawa ajaran kedamaian, Rasulullah mengajak umatnya agar berbuat baik kepada siapapun, meski kepada non-muslim sekalipun. Sewaktu berada di Makkah, ketika umat Islam disakiti, dianiaya, bahkan beberapa ada yang disiksa dan dibunuh seperti yang dialami sahabat Yasir dan Sumayyah, Rasulullah tidak pernah berusaha membalas dengan tindakan serupa. Beliau mengajarkan umatnya untuk bersabar dan tidak dendam, bahkan beliau lebih memilih mengajak mereka hijrah ke Madinah sesuai perintah Allah SWT.  

Barulah ketika di Madinah, seiring kondisi umat Islam yang semakin kuat, Allah lalu menurunkan ayatul qital (ayat-ayat jihad) yang memerintahkan umat Islam agar bangkit menghadapi agresi dan perang yang dilakukan kaum kafir Quraisy. Meski demikian, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikhul Azhar Yusuf Al-Qaradhawi dalam kitabnya Fiqhul Jihad, perlu dipahami bahwa semua peperangan umat Islam yang terjadi pada masa Rasulullah, merupakan peperangan defensif, yakni perang dalam rangka membela diri. Sebagaimana peristiwa Perang Badar. Perang itu bermula ketika kaum muslim hendak mengambil harta benda yang dirampas dan dijarah sewaktu ditinggal hijrah. Namun kaum kafir Quraisy di bawah pimpinan Abu Jahal justru menyambutnya dengan genderang perang. Demikian pula Perang Uhud, Perang Ahzab atau Perang Khandaq, semua dilatar-belakangi adanya upaya kaum kafir Quraisy dan sekutunya yang ingin menginvasi dan menghancurkan Madinah.

Jama’ah sekalian rahimakumullah,

Lalu pesan Rasulullah yang kedua dalam hadits di atas adalah ath’imu at-tha’am, berikanlah makanan orang-orang yang membutuhkan atau kelaparan. Inilah salah satu sisi ajaran humanisme Islam, yakni agar setiap orang saling peduli dan empati dalam hubungan kemanusiaan, tanpa memandang apapun suku dan agamanya. Sejak Islam mulai disebarkan di Makkah, ajaran saling tolong menolong, terutama terhadap kaum dhu’afa, sudah sejak dini ditanamkan. Bahkan al-Qur’an menyebut orang-orang yang tidak memiliki kepedulian terhadap penderitaan sesama sebagai “pendusta agama”. Di dalam QS. Al-Ma’un Allah SWT berfirman:  

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ. فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ. وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Yaitu orang yang suka menghardik anak yatim, dan enggan memberi makan orang miskin.

Ulama ahli tafsir menjelaskan, bahwa asbabun nuzul yang melatarbelakangi ayat ini berkenaan dengan seorang tokoh kafir Quraisy yang setiap minggunya menyembelih beberapa ekor unta untuk pesta pora. Hingga suatu ketika datang seorang anak yatim yang meminta sedikit daging unta yang disembelih itu, namun ia tidak diberi tetapi justru dihardik dan diusir.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Pesan ketiga yang diajarkan Rasulullah adalah wa shilu al-arham, yakni menyambung silaturahim atau tali persaudaraaan. Islam melarang perpecahan dan permusuhan, oleh karenanya silaturahim yang paling utama adalah menyambung kembali silaturahim dengan orang yang pernah memutuskannya. Di samping itu, dalam silaturahim ini terkandung manfaat yang sangat besar. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ, فَلْيَصِلْ رَحِمَه

Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menyambung tali silaturahim. (HR. Bukhari)

Kemudian pesan Rasulullah yang keempat adalah wa shalluu bi al-laili wa an-naasu niyam, yaitu menyempatkan waktu untuk shalat malam, bermunajat dan bertahajjud kepada Allah di saat orang lain tengah tertidur lelap. Rasulullah bersabda:

أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ قِيَامُ اللَّيْلِ

Sholat sunnah yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam. (HR. An-Nasa’i)

Di dalam al-Qur’an Allah SWT juga menyatakan, bahwa mereka yang membiasakan diri melakukan qiyamul lail niscaya akan mendapatkan maqaman mahmudaa, yakni derajat yang tinggi dan maqam yang terpuji di sisi Allah SWT.

Semoga kita semua dimudahkan oleh Allah agar dapat mengamalkan empat amalan ini yang akan mengantarkan kita ke dalam surga. Meskipun mungkin kita belum bisa benar-benar melakukan secara istiqamah karena faktor kesibukan dan lainnya, setidaknya ada niat dan upaya untuk sesekali menyempatkannya, sesuai kaidah:

ما لا يُدرَك كلّه لا يُترَك كلّه

Apa yang tidak bisa kita kerjakan semuanya, jangan ditinggalkan semuanya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

 الحمد لله ذي الجلال والإكرام حي لا يموت قيوم لا ينام، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك الحليم العظيم الملك العلام، وأشهد أن نبينا محمدًا عبده ورسوله سيد الأنام والداعي إلى دار السلام. أما بعد: فيأيّها الناس اتّقوا الله، وافعلوا الخيرات واجتنبوا عن السيئات، واعلموا أنَّ الله أمَركم بأمرٍ بدأ فيه بنفسه وثـنّى بملآئكته بقدسه, وقال تعالى: إنَّ الله وملآئكته يصلّون على النبى يآأيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ على سيدنا محمد وعلى أنبيآئك ورُسُلِك وملآئكتِك المقرّبين, وارضَ اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين, وارض عنّا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوات. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاً طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. ربّنا آتنا في الدّنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النّار. والحمد لله رب العالمين. عبادالله، إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلّكم تذكّرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم واسئلوه من فضله يعطكم ولذكرالله اكبر.

 

 

Khutbah Jum'at: Empat Amal Paling Berat

Khutbah I

 اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، اَلْمَوْصُوْفِ بِصِفَاتِ الْجَمالِ وَالْكَمَالِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَاَنَهُ وتعالى في كُلِّ أحوال. أَشْهَدُ أَن لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلاَلِ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخَلِيْلُهُ الصَّادِقُ الْمَقَالِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ صَحْبٍ وَآلٍ, وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كثيرا. أَمَّا بَعْدُ؛ فيا أيّها الحاضرون رحمكم الله، أوصيني نفسي وإيّاكم بتقوى الله الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ الكريم: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Hadirin sidang Jum’at rahimakumullah,

Syaikh Muhammad Nawawi ibnu Umar al-Bantani, seorang ulama nusantara yang dijuluki “Sayyid Ulama’ Hijaz” (pemimpin para ulama seantero Makkah dan Madinah) di zamannya, guru besar di Masjidil Haram sekaligus guru dari hampir seluruh ulama besar di tanah Jawa, termasuk salah satunya adalah Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim Asy’ari, dalam kitabnya Nashaihul ‘Ibad, beliau mengutip perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib KW tentang empat amal yang paling sulit dilakukan oleh seorang muslim. Sayyiduna Ali bin Abi Thalib KW mengatakan:

إنّ أصعبَ الأعمال أربع خصال: العَفوُ عند الغَضَب والجُودُ في العُسرَة والعِفَّةُ في الخَلوَة وقَولُ الحقّ لِمَن يَخَافُه أو يَرجُوه  

Sesungguhnya ada empat amal yang paling sulit dilakukan. Pertama, al-'afwu 'indal ghadhab, yakni memberi maaf kepada orang lain walau dalam keadaan marah. Memberi maaf pada dasarnya bukan hal yang mudah, apalagi saat seseorang tengah dikuasai amarah. Untuk itulah Rasulullah SAW pernah menasehati para sahabatnya agar segera mengambil air wudhu ketika sedang marah. Karena amarah merupakan bentuk lain dari api syaitan yang menyala-nyala, dan api itu hanya bisa dipadamkan oleh air wudhu.

إِنَّ الْغَضَبَ مِن الشَّيْطَان وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِن النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ، فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ

Sesungguhnya amarah itu bersumber dari syaithan, dan syaithan itu diciptakan dari api yang menyala-nyala. Maka hanya dengan air api itu bisa dipadamkan. Oleh karenanya, apabila kalian sedang marah, bersegeralah mengambil air wudhu. 

Demikianlah kondisi seseorang ketika marah, ia akan cenderung sulit mengendalikan diri. Maka jika seseorang marah namun ia masih bisa memberi maaf kepada orang lain, sesungguhnya ia telah melakukan satu amal yang paling sulit. Oleh karena itu Allah pun menjamin bagi siapa saja yang mampu mengendalikan amarahnya, ia akan diselamatkan dari siksa api neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

من كفّ غضبَه كفّ الله عنه عذابَه

Barang siapa yang mampu mengendalikan amarahnya, maka Allah akan mengendalikan (menjauhkan) siksa-Nya.

Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW juga bersabda:

ما زاد الله عبدا بِعَفْوٍ إلاّ عِزًّا

Allah tidak akan menambahkan kepada seorang hamba yang mau memaafkan kecuali kemuliaan.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Amal terberat yang kedua adalah al-juud fil 'usroh, yakni tetap menjadi pemurah dan dermawan meski dalam keadaan susah. Menjadi dermawan bukanlah perkara mudah, apalagi dilakukan dalam kondisi ekonomi yang sedang susah. Oleh karena sulitnya melakukan amal demikian, Allah pum memposisikan orang dermawan dalam posisi yang sangat terhormat, sebagaimana disabdakan oleh Nabi SAW:

السَّخِيُّ قَرِيبٌ مِنْ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنْ الْجَنَّةِ قَرِيبٌ مِن النَّاسِ بَعِيدٌ مِنْ النَّارِ

Orang yang dermawan itu sangat dekat dengan Allah, sangat dekat dengan surga, sangat dekat dengan manusia, dan jauh dari siksa neraka.

Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW juga bersabda:

اتقوا النار ولو بشِقّ تَمرة

Jauhkanlah dirimu dari api neraka walau dengan bersedekah sebutir kurma.

Lalu amal paling sulit yang ketiga adalah al-iffah fil kholwah, yaitu menghindarkan diri dari perbuatan dosa walau dalam keadaan sepi dan tak ada seorang pun yang melihat. Amal ketiga ini merupakan ujian akan keikhlasan seseorang dalam melakukan amal dan ibadah. Bahwa dalam melakukan amal kebaikan maupun menjauhi dosa dan maksiat, seseorang tidak perlu menimbang apakah perbuatannya itu diketahui oleh orang lain atau tidak. Karena jika seseorang meninggalkan suatu amal karena faktor orang lain maka itu disebut riya’, dan apabila ia melakukan suatu amal karena orang lain maka itu termasuk syirik, sebagaimana diterangkan oleh Imam Ibnu Iyadh:

تَرك العمل لأجل الناس رياء ، والعمَل لأجلهم شِرك

Orang yang meninggalkan amal karena faktor orang lain termasuk riya, dan orang yang melakukan amal karena orang lain merupakan perbuatan syirik.

Jama'ah sekalian rahimakumullah,

Kemudian amal paling sulit yang keempat adalah qaulul haq li man yakhofuhu au yarjuhu, yaitu mengatakan kebenaran sesuai fakta apa adanya walau kepada orang yang ditakuti maupun orang yang diharapkan pertolongannya. Karena umumnya orang akan berbicara dengan menyesuaikan siapa yang diajak bicara. Seringkali seseorang hanya akan membicarakan hal-hal yang disukai lawan bicaranya, meski itu adalah kebohongan, jika lawan bicaranya itu adalah orang yang ditakuti atau diharapkan pertolongannya karena adanya faktor kepentingan-kepentingan. [ ] Semoga kita semua senantiasa mendapatkan hidayah dan kekuatan, agar selalu istiqamah dalam melaksanakan ajaran-Nya, termasuk melakukan empat amal paling berat sebagaimana dijelaskan di atas.   

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الأزْمَانِ وَالآنَاءِ، فَلاَ ابْتِدَاءَ لِوُجُوْدِهِ وَلاَ انْتِهَاءَ، يَسْتَوِيْ بِعِلْمِهِ السِّرُّ وَالْخَفَاءُ، وهو القَائِلِ: وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ الْكَبِيْرُ المُتَعَالِ، المُنَزَّهُ عَنِ الشَّبِيْهِ وَالْمِثَالِ، الَّذِيْ يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ كُلُّ شَيْءٍ فِي الْغُدُوِّ وَالآصَالِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ حَذَّرَنَا مِنْ دَارِ الفُتُوْنِ، المُنَزَّلُ عَلَيْهِ: إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُوْنَ. اللَّهُمَّ فصَلِّ وسلّم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيْنَ وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. واعلموا أنَّ الله أمَركم بأمرٍ بدأ فيه بنفسه وثـنّى بملآئكته بقدسه, وقال تعالى: إنَّ الله وملآئكته يصلّون على النبى يآأيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ على سيدنا محمد وعلى أنبيآئك ورُسُلِك وملآئكتِك المقرّبين, وارضَ اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين, وارض عنّا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين.

اللّهمّ اغفر للمؤمنين والمؤمنات، والمسلمين والمسلمات، الأَحياءِ منهم والأَمواتِ، إِنّك سميعٌ قريبٌ مُجِيبُ الدّعَوات. اللهم اختم لنا بالإسلام واختم لنا بالإيمان واختم لنا بحسن الخاتمة ولا تَختِم علينا بسوء الخاتمة. اللهمّ اصرف عنّا البلاء والوباء ونجّنا من الطاعون والكورونا ما نعلم وما لا نعلم وأنت علّام الغيوب. تحصّنّا بذي العزّة والجبروت واعتصمنا بربّ الملكوت وتوكّلنا على الحيّ الذي لا يموت. اللهمّ إنّا استودعناك هذه القرية وبلادَ إندونيسيا أهلَها كبارَها وصغارها رجالها ونساءها بجودك وكرمك يا أكرم الأكرمين. ربّنا آتنا في الدّنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النّار. فيا عباد الله، إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلّكم تذكّرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم ولذكرالله اكبر.