Selasa, 12 Juni 2018

Naskah Khutbah Idul Fitri 1439 H: "Memaknai Hari Kemenangan: 1 Syawal"



Naskah Khutbah Idul Fitri:
“MEMAKNAI HARI KEMENANGAN: 1 SYAWAL”
Oleh: Mohamad Kholil, S.S., M.S.I.
Disampaikan di Masjid Jami' Al-Ikhlash Dukuhjeruk Kec. Karangampel Kab. Indramayu 
(Jum’at, 15 Juni 2018 M / 1 Syawal 1439 H)


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله أكبر (×3) الله أكبر (×3) الله أكبر (×3) ولله الحمد.
الله أكبر كبيرا. والحمد لله كثيرا. وسبحان الله بكرة وأصيلا. لا إله إلاّ الله ولا نعبد إلاّ إيّاه. مخلصين له الدين ولو كره الكافرون. لا إله إلاّ الله وحده. صدق وعده. ونصر عبده. وأعزّ جنده. وهزم الأحزاب وحده. لا إله إلاّ الله والله أكبر. الله أكبر. ولله الحمد.
الحمد لله الذي هدانا للإسلام. وجعلنا من خير أمّة أُخرِجَت للأنام. بلَّغنا شهرَ الصيام والقيام. ووفَّقنا بفضله للتّمام. وأشهد أن لا إله إلاّ الله وحده لا شريك له الملك القدّوس السلام. وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله الذي بيَّن الحلال والحرام. صلّى الله عليه وعلى آله وصحبه البررة الكرام. الله أكبر (×3) ولله الحمد.
فيا عباد الله. اتّقوا ربَّكم. واهنَؤُا بِعيدِكم. وأصلِحُوا ذاتَ بينِكم. تسامَحوا وتصافَحوا. وتجمَّلوا وأفرحوا. وكلوا واشربوا. ولا تسرفوا ولا تبذّروا. وأطيعوا اللهَ ورسولَه إن كنتم مؤمنين.    

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa li-Llahil hamd,
Hadirin kaum muslimin dan muslimat, jama’ah ‘Idul Fitri yang semoga dirahmati Allah.

Seiring lantunan takbir, tahlil, tasbih dan tahmid yang menggema di berbagai pelosok negeri, marilah pada hari yang fitri ini kita memanjatkan puji dan rasa syukur ke hadirat Allahu Rabbul ‘Izzati, atas segala nikmat dan karunia-Nya yang sedetik pun tak pernah berhenti kita rasakan. Kebaikan dan kasih sayang-Nya senantiasa mengalir kepada kita, mengiringi tiap hembusan nafas dan langkah kaki kita menapaki roda kehidupan. Dan setiap saat, nikmat itu terus bertambah, nikmat yang satu, yang kadang sama sekali belum sempat kita syukuri, sudah disusul dengan berbagai nikmat lainnya, yang sampai kapanpun tak kan pernah sanggup kita hitung jumlahnya. Sebagaimana hal ini digambarkan dalam firman-Nya: “wa in ta’udduu ni’mata L-laahi laa tuhshuuhaa” (seandainya kalian diminta untuk menghitung berapa banyak nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan pernah bisa menghitungnya). Dan sebagai wujud rasa syukur itu, marilah kita terus berikhtiar meningkatkan kualitas taqwa kita kepada Allah SWT, dengan cara imtitsaalu awaamirillah (mematuhi segala perintah Allah) wa(i)jtinaabu nawaahih (dan menjauhi larangan-larangan-Nya). Sayyiduna Ali bin Abi Thalib KW dalam untaian nasehatnya yang sangat indah, terkait sikap taqwa ini beliau menjelaskan:

التقوى هو: الخوف من الجليل ، والعمل بالتنزيل ، والرضا بالقليل ، والاستعداد ليوم الرحيل
(Taqwa adalah perasaan takut akan siksa dan kemurkaan Dzat Yang Maha Mulia (Allah SWT), mengamalkan ajaran yang telah diturunkan oleh Allah, bersikap rela atau “nrimzo” atas segala anugerah-Nya meskipun itu sedikit, dan selalu mempersiapkan diri dengan amal sholeh untuk bekal menghadapi saat datangnya hari kematian).   

Tak lupa, shalawat dan salam semoga tersampaikan kepada junjungan alam, baginda Nabi Agung Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya, serta seluruh pengikutnya, termasuk kita semua selaku ummatnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa li-Llahil hamd,
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Hari ini kita telah memasuki 1 Syawal. Ramadhan, bulan suci dan penuh berkah baru saja pergi meninggalkan kita semua. Kita patut bersyukur dan bersuka cita menyambut datangnya hari ini: hari kemenangan besar bagi kaum muslim di seluruh dunia, setelah ditempa untuk berjuang melawan hawa nafsu selama sebulan penuh melalui ibadah puasa. Namun kita juga pantas rasanya bersedih, karena tidak ada jaminan kepastian bagi kita, apakah pada tahun depan kita masih kembali bisa menjumpai bulan suci Ramadhan, ataukah justru Allah SWT akan terlebih dulu memanggil kita. Kesedihan atas kepergian Ramadhan ini, serta ketidakpastian kita bisa kembali menjumpai Ramadhan berikutnya, sebagaimana digambarkan oleh Syaikhul Islam Sayyid Abdillah bin ‘Alawi bin Muhammad al-Haddad, seorang ulama besar penganut madzhzab Syafi’iyah dan Asy’ariyah, pengarang Aurad Raatibul Haddad, melalui nasehatnya yang sangat indah:
لا تَسكُبِ الدَّمعاتِ لِرَحيل رمضان, فرمضانُ سيعودُ. لكنِ اسكُبِ الدَّمعاتِ خشيةً أن يعودَ رمضانُ وأنت راحِلُ.
“Tak perlu kau tumpahkan air matamu atas kepergian Ramadhan, karena Ramadhan itu pasti akan kembali. Tetapi tumpahkanlah air matamu karena satu hal, yakni: bisa jadi saat Ramadhan kembali engkau telah keburu pergi (menghadap Sang Ilahi)”.

Di samping ketidakpastian usia kita di tahun depan, kita juga tidak pernah tahu pasti: apakah amal ibadah yang telah kita lakukan selama Ramadhan kemarin benar-benar mendapatkan ridho dan perkenan Allah SWT, ataukah yang kita dapatkan hanya sekedar rasa lapar dan dahaga?. Oleh karena 2 hal yang tidak pasti itulah, para ulama salafus shalih senantiasa berdo’a kepada Allah selama 6 bulan ke depan: yakni sejak Syawal hingga Rabi’ul Awal, agar ibadah selama Ramadhan yang telah dilaluinya diterima oleh Allah SWT, dan selama 5 bulan zberikutnya: dari bulan Rabi’ul Akhir hingga Sya’ban, mereka berdo’a agar dipertemukan kembali dengan bulan suci Ramadhan berikutnya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa li-Llahil hamd,
Hadirin kaum muslimin dan muslimat, jama’ah ‘Idul Fitri yang berbahagia.

Bulan Syawal secara lughawi bermakna “mengangkat” atau meningkatkan, dan itulah yang sesungguhnya menjadi tujuan akhir pelaksanaan ibadah puasa selama Ramadhan, yakni, agar setelah melewati proses penempaan di bulan Ramadhan, kita diharapkan menjadi orang-orang yang semakin meningkat derajat ketaqwaannya kepada Allah SWT. Karena kemuliaan manusia di hadapan Allah SWT hanyalah diukur dari tingkat ketaqwaannya, sebagaimana firman Allah SWT:
إنّ أكرمكم عند الله أتقاكم
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa.” (QS. al-Hujurat: 13).

Oleh karenanya, di hari kemenangan ini sangat penting untuk kita renungkan, apakah yang terjadi pada diri kita usai Ramadhan sudah sesuai dengan makna bulan Syawal, ataukah justeru bertolak belakang dengan makna bulan Syawal itu sendiri, yakni berupa peningkatan taqwa kita kepada Allah SWT?. Syawal menjadi bulan yang selalu kita tunggu kehadirannya di penghujung Ramadhan, apakah karena ia telah benar-benar menjadi hari kemenangan yang hakiki bagi kita, ataukah hanya karena ketidaksabaran kita untuk bisa kembali bebas dari “belenggu” kewajiban mengekang hawa nafsu?. Fenomena perayaan Idul Fitri dengan cara berpesta pora, atau dengan melakukan hal-hal yang melampaui batas etika dan bertentangan dengan ajaran agama; maraknya kembali tempat-tempat dan perilaku maksiat; masjid dan musholla yang kembali sunyi dari jama’ah shalat; lantunan tadarus ayat al-Qur’an yang kembali jarang terdengar di masyarakat; merupakan contoh yang kontra-produktif atau bertentangan dengan semangat peningkatan taqwa.  

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa li-Llahil hamd,
Hadirin sekalian yang semoga dimuliakan Allah.

Maka, sejak hari ini marilah kita upayakan secara sungguh-sungguh kualitas ketaqwaan kita secara kontinyu dan istiqamah, agar kita selalu berada di atas jalan yang diridhoi Allah SWT. Sikap istiqamah dan kontinuitas dalam ketaqwaan merupakan elemen yang sangat penting dalam mengamalkan ajaran agama. Sayyiduna Ali bin Abi Thalib KW menyatakan:
الإستقامة خير من ألف كرامة
Bahwa satu sikap istiqamah itu lebih baik dari pada memiliki seribu karamah. Demikian pula Imam al-Ghazali, beliau mengatakan:

لا خيرَ في خيرٍ لا يدومُ بل شرٌّ لا يدومُ خيرٌ مِن خيرٍ لا يدومُ
“Tak ada baiknya kebaikan yang tidak dilakukan secara istiqamah atau terus menerus. Bahkan sebaliknya, keburukan yang tidak dilakukan terus menerus, itu lebih baik dari pada kebaikan yang dilakukan tidak terus menerus.”

Akhirnya, seiring ucapan “minal ‘aidin wal faizin”, marilah kita jadikan Idul Fitri ini sebagai langkah awal untuk menata kembali perjalanan hidup kita, dengan tekad dan semangat baru, dengan segenap jiwa dan raga yang bersih dari dosa dan kesalahan masa lalu: kayauma waladathu ummuhu, sebagaimana hari pertama kali kita terlahir ke dunia. Karena itulah sesungguhnya hakikat hari raya.

ليس العيد لمن لبس الجديد. إنّما العيد لمن طاعتُه تزيد.
Hakikat zhari raya bukan berarti seseorang mengenakan pakaian yang serba baru.
Akan tetapi, hari raya yang sesungguhnya adalah mana kala ketaatan seseorang kepada Allah semakin meningkat dari waktu ke waktu”.

جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ لِيْ وَلَكُمْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرْوهُ اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

**************

اَللهُ اَكْبَرُ (×4) اَللهُ اَكْبَرُ (×3) ولله الحمد
الحمد لله الذي خلَق الإنسان من سلالة من طين. ثمّ جعَله نُطفَة في قرار مَكين. ثمّ نقَله حتّى تكامُلَ خَلْقَه فتبارك اللهُ أحسنُ الخالقين. وأشهد أن لا إله إلاّ الله وحده لا شريك له مخلصا له الدين. وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله المبعوث رحمةً للعالمين. صلّى الله عليه وعلى آله وأصحابه والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين. وسلَّم تسليما كثيرا.
أمّا بعد: فيا أيّها النّاس اتّقوا الله واشكروه على ما هداكم إليه من الصيام والقيام. ووفَّقَكم له مِن صالح الأعمال. وجميلِ الأقوال. وعظيمِ الخِصال. واعلموا رحمكم الله: أنه ليس السعيد مَن أدرك العِيدَ ولَبِس الجديد. ولا من كانت الدنيا تأتيه على ما يشتهي ويُريد. إنما العِيد لمن خاف يومَ الوعيد. وراقَبَ اللهَ فيما يُبدِئُ ويُعِيد. وفازَ بجنّة لا يَنفَدُ نعِيمُها ولا يَبِيد. ونَجا مِن نارٍ شرُّها شديد. وقَعْرُها بعيد.  
ولازموا الصّلوةَ على خير خَلقه عليه الصّلاة والسّلام. فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ بذلك إرشادا وتعليما. فقال: إنّ الله وملائكته يصلّون على النّبيّ يا أيّها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلِّ وسلِّم على سيّدنا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين وعلى التّابعين ومَنْ تَبِعَهم بإحسان إلى يوم الدّين. وارحمنا معهم برحمتك يا أرحم الراحمين.
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ, إنّك سميع قريب مجيب الدّعوات. اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين المخلصين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ اَعْدَاءَنا وأعداء الدِّيْنِ وَأَعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. والحمد لله ربّ العالمين.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Tidak ada komentar:

Posting Komentar