Senin, 30 Mei 2016

Naskah Khutbah Jum'at: "Menggali Mata Air Kebaikan di Bulan Sya'ban"

Naskah Khutbah Jum’at:
“MENGGALI MATA AIR KEBAIKAN DI BULAN SYA’BAN”
Oleh: Mohamad Kholil, S.S., M.S.I.
 (Disampaikan di Masjid Al-Mukhlishin Kampus Hijau Kaplongan Karangampel Kab. Indramayu,
19 Mei 2017 M. / 22 Sya’ban 1438 H.)

Khutbah Pertama:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ, الْكَرِيْمِ الْمَنَّانِ, الرَّحِيْمِ الرَّحْمَنِ، أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَدُوْمُ عَلَى الدَّوَامِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى الْخَيْرِ وَاْلإِنْعَامِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِه صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مَتُلاَزِمَيْنَ عَلَى مَمَرِّ اللَّيَالِيْ وَالزَّمَانِ، أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Hadirin sidang Jum’at yang semoga dirahmati Allah,

Segala puji dan rasa syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kita dapat kembali berkumpul di masjid ini dalam keadaan sehat wal ‘afiat baik jasmani maupun ruhani. Dan berkumpulnya kita semua di masjid ini, semoga menjadi pertanda masih kuatnya iman dan Islam yang terpatri di dalam hati. Ini semua tentu tak lain merupakan hidayah dan ‘inayah-Nya yang juga patut kita syukuri, dengan cara senantiasa bertaqwa kepada Allah Rabbul ‘Izzati, yakni menunaikan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Sikap taqwa yang kita miliki itu sudah seharusnya kita jaga dan pelihara dengan istiqamah sehidup semati, seraya berharap semoga kelak pada saatnya kita semua mampu menutup usia dan meninggalkan dunia fana’ ini dalam keadaan husnul khatimah. Karena perkara kebaikan itu akan benar-benar dianggap baik manakala ia dilakukan secara terus menerus dan istiqamah. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Imam al-Ghazali:

لا خيرَ في خيرٍ لا يدومُ بل شرٌّ لا يدومُ خيرٌ مِن خيرٍ لا يدومُ
“Tak ada baiknya kebaikan yang tidak dilakukan terus menerus. Bahkan keburukan yang tidak dilakukan terus menerus, itu lebih baik dari pada kebaikan yang dilakukan tidak terus menerus.”

Hadirin sidang Jum’at rahimakumullah,

Pada hari ini, tanpa terasa kita telah berada di minggu terakhir bulan Sya’ban. Bulan yang terletak di antara bulan Rajab dan Ramadhan; bulan yang seringkali dilalaikan oleh kebanyakan orang, sampai-sampai Rasulullah SAW mengingatkan:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ
“Ia adalah bulan yang sering dilalaikan oleh kebanyakan manusia, yaitu bulan yang terletak di antara bulan Rajab dan Ramadhan”. (HR. An-Nasa'i)

Jama’ah Jum’at hadaniyallahu wa iyyakum,

Imam Muhammad bin Mukrim bin Ali al-Anshari ar-Ruwaifi'i al-Ifriqi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Ibnu Manzhur, seorang sastrawan, sejarawan, sekaligus ulama yang sangat ‘alim di bidang ilmu Fiqih dan ilmu Lughah, di dalam salah satu kitabnya yang berjudul Mu’jam Lisanil ‘Arab beliau menjelaskan perihal penyebutan bulan Sya’ban ini:
إِنما سُمِّيَ شَعبانُ شَعبانَ لأَنه شَعَبَ أَي ظَهَرَ بين شَهْرَيْ رمضانَ ورَجَبٍ والجمع شَعْباناتٌ وشَعابِينُ
“Bulan ini dinamakan Sya’ban, karena ia menampakkan dirinya di antara dua bulan: Ramadhan dan Rajab. Bentuk jamaknya adalah Sya’banat dan Sya’abin”. (Lisanul ‘Arab, 1/501)

Secara lughawi, Sya’ban bermakna asy-Sya’bu atau at-Tafriqu (bercabang-cabang atau berpencar-pencar), mengingat banyaknya cabang dan pancaran kebaikan yang terdapat pada bulan tersebut. Di samping itu, di antara kebiasaan masyarakat Arab pada masa lalu saat bulan Sya’ban tiba, mereka saling berpencar ke berbagai penjuru demi mencari sumber-sumber mata air di tengah tandus dan gersangnya padang pasir. Tradisi ini merupakan simbol yang mengandung makna perjuangan demi mempertahankan hidup untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Adapun mengenai fadhilah atau keutamaan bulan Sya’ban, Rasulullah SAW juga bersabda:
وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Pada bulan inilah amal perbuatan manusia diangkat kepada Allah, Tuhan semesta alam. Karena itu aku ingin saat amalku diangkat kepada Allah, aku sedang dalam kondisi berpuasa." (HR. An-Nasa'i)

Secara lebih lanjut, Sayyidatuna Aisyah RA juga menuturkan:
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ
“Rasulullah SAW tidak pernah berpuasa sunnah dalam satu bulan yang lebih banyak dari pada di bulan Sya'ban”.  (HR. Bukhari)

Hadis tersebut menunjukkan betapa Sya'ban merupakan bulan "pemanasan puasa" atau prakondisi Ramadhan. Puasa, sebagai amalan yang sangat dianjurkan di bulan Sya'ban, merupakan latihan persiapan yang diharapkan dapat memantapkan kualitas puasa Ramadhan ke depan. Jika diibaratkan bercocok tanam, Sya'ban adalah bulan menyemai benih, di mana kita harus merawat pertumbuhan "tanaman kebaikan", sedangkan Ramadhan merupakan bulan untuk kita memanen kebaikan. Artinya, kita tidak mungkin dapat memanen kebaikan jika sebelumnya tidak pernah menanam dan merawat tanaman itu.

Hadirin jama’ah Jum’at yang berbahagia,

Pesan lain yang dapat dipetik adalah, bahwa ibadah Ramadhan yang nanti akan kita laksanakan, akan jadi lebih sempurna dan lebih produktif jika didahului dengan latihan-latihan spiritual (riyadhah ruhiyyah) yang terprogram secara berkelanjutan. Karena ibadah dalam Islam pada umumnya menuntut adanya konsistensi (sikap istiqamah) dan keberlanjutan.

Keutamaan bulan Sya'ban yang lain, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah, bahwa Nabi SAW bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
Bahwa pada malam pertengahan Sya’ban (nishfu Sya'ban) Allah SWT turun ke langit dunia untuk "memonitor" semua makhluk, lalu mengampuni hamba-hamba-Nya (yang beristighfar), kecuali orang musyrik dan orang yang saling bermusuhan (HR Ibn Majah).

Jama’ah Jum’at hadaniyallahu wa iyyakum,
Selain itu, pada Sya'ban inilah Allah menetapkan perubahan arah kiblat umat Islam dari Masjidil Aqsa di Palestina ke Ka'bah di Masjidil Haram Makkah. Perubahan arah kiblat ini membawa hikmah besar bagi Nabi SAW dan umat Islam saat itu, yaitu peneguhan akidah tauhid dan signifikansi persatuan umat.

Oleh karenanya, marilah di minggu terakhir bulan Sya'ban ini kita sempatkan waktu untuk meningkatkan amal-amal kebaikan, yang diharapkan dapat me-refresh kualitas spiritual dan moralitas kita sehingga nanti ketika memasuki Ramadhan kita benar-benar siap untuk berpuasa secara lahir dan batin. Demikian khutbah ini kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi diri pribadi khathib dan umumnya kita sekalian. 

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. وَالْعَصْرِ. إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلاَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua:
الحمد لله الذي منّ علينا برسوله الكريم, وهدانا به إلى الدين القويم والصراط المستقيم, وأمرنا بتوقيره وتعظيمه وتكريمه, وفرض على كلّ مؤمن أن يكون أحبَّ إليه من نفسه وأولاده وخليله, وجعل محبّتَه سببا لمحبّته وتفضيله, أشهد أن لا إله إلاّ اللهُ الرؤوفُ الرحيم, وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله ذو الجاه العظيم, صلّى الله وسلَّم عليه وعلى سائر المرسلين, وآل كلٍّ والصحابة والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين. أمّا بعد, فيا أيّها الحاضرون, اتّقوا اللهَ حقَّ تُقاته, ولا تموتنّ إلاّ وأنتم مسلمون. واعلموا أنَّ الله أمَركم بأمرٍ بدأ فيه بنفسه وثـنّى بملآئكته بقدسه, وقال تعالى إنَّ الله وملآئكته يصلّون على النبى يآأيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ على سيدنا محمد وعلى أنبيآئك ورسلك وملآئكتك المقرّبين, وارضَ اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين, وارض عنّا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين. اللهمّ اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الأحيآء منهم والأموات, إنّك سميع قريب مجيبُ الدعوات. اللهمّ أعزّ الإسلام والمسلمين وَأَذِلَّ الشّركَ والمشركين وانصر عبادَك الْمُوَحِّدِين المخلِصين واخذُل مَن خذَل المسلمين ودَمِّرْ أعدآئَنا وأعدآءَ الدّين وأَعْلِ كلماتِك إلى يوم الدين. اللهمّ ادفع عنّا البلاءَ والوَباءَ والزَّلازِلَ والْمِحَنَ وسوءَ الفتنة ما ظهر منها وما بطن عن بَلَدِنا إندونيسيا خآصةً وعن سائرِ البُلدانِ المسلمين عآمة يَا ربّ العالمين. ربّنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. عبادَ الله! إنَّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتآء ذي القربى وينهى عن الفحشآء والمنكر والبغي يعظكم لعلّكم تذكّرون, واذكروا الله العظيم يَذْكُرْكُمْ واشكروه على نِعَمِهِ يَزِدْكم واسئلوه من فضله يُعْطِكم, وَلَذِكرُ اللهِ أكبر.

2 komentar:

  1. Jazakumullahi khoir....mohon ijin copas Ustadz

    BalasHapus
  2. Terima kasih khutbah jum'at yang bagus,mengandung banyak pelajaran yang berharga,semoga bermanfaat untuk semua Aamiin

    BalasHapus