Naskah
Khutbah Jum’at:
MEMPOSISIKAN
AKHLAK SEBAGAI “RUH” PENDIDIKAN
Oleh:
Mohamad Kholil, S.S., M.S.I.
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا
سَوِيًّا، وَوَعَدَ لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا
عَلِيًّا. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ،
شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدَنَا محمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا
وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ
صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ
نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ
تَعَالَى : يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin sidang
Jum’ah yang semoga senantiasa dirahmati
Allah,
Rais Akbar Nahdlatul Ulama: Hadhratus Syaikh KH. M.
Hasyim Asy’ari, dalam mukadimah salah satu kitabnya yang berjudul “Adabul
‘Alim wal Muta’allim”, beliau mengisahkan, bahwa suatu hari Imam Syafi'i
pernah ditanya oleh seseorang mengenai pentingnya adab atau etika dalam
pengajaran dan pendidikan:
كيف شهوتُك للأدب ؟
“Bagaimanakah hasrat dan perhatianmu terhadap pengajaran adab?”.
Beliau menjawab:
أسمعُ بالحرف منه فتوَدُّ أعضاءي أنّ
لها أسماعا تتنعّم به
“Setiap kali telingaku
mendengar materi pengajaran adab meski hanya satu huruf, maka seluruh organ
tubuhku akan ikut menyimaknya, seolah-olah seluruh anggota tubuhku memiliki
pendengaran. Demikianlah perumpamaan hasrat dan perhatianku terhadap pengajaran
adab”. Beliau kemudian ditanya lagi, “Lalu, sejauh manakah upayamu
mencari pengetahuan tentang adab itu?”. Beliau menjawab:
طلب المرأة المضلّة ولَدَها وليس لها
غيرُها
“Aku akan dengan sekuat tenaga mencarinya
sebagaimana upaya pencarian seorang ibu yang kehilangan anak satu-satunya yang
dimiliki”. (Hasyim Asy'ari, Adab al-’Alim wa al-Muta’allim, 1415 H:
10-11).
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah,
Kisah di atas merupakan sepenggal pelajaran yang
sangat menarik dan berharga dari Imam Syafi'i, yang menjelaskan betapa penting
dan berharganya pengajaran adab atau etika. Sehingga orang yang tidak memiliki
etika diumpamakan seperti seorang ibu yang kehilangan anak satu-satunya yang
dimiliki.
Karena adab, akhlak atau etika, merupakan unsur yang
sangat penting dan mendasar dalam kehidupan manusia. Ia adalah tolak ukur yang
menentukan keluhuran sikap mental, kepribadian, dan perilaku seseorang,
sekaligus sebagai mumayyizat atau ciri khas (keistimewaan) yang
membedakan antara manusia sebagai makhluk mulia dengan makhluk Allah lainnya,
yang apabila ciri khas itu hilang maka akan hilang pula kemuliaan martabat
manusia, bahkan posisinya bisa jauh lebih rendah dibanding hewan sekali pun.
Sebagaimana firman Allah SWT di dalam al-Qur’an:
لقد خلقنا الإنسان في أحسن تقويم. ثمّ
رددناه أسفل سافلين. إلاّ الذين
آمنوا وعملوا الصالحات ....
“Sungguh telah Aku ciptakan
manusia dalam bentuk (dan kelengkapan potensi) yang sebaik-baiknya. Namun
kemudian Aku kembalikan ia pada posisi yang serendah-rendahnya. Kecuali mereka
yang benar-benar beriman dan berperilaku sholeh....”
Dan untuk benar-benar dapat menjadi insan yang beriman
dan berperilaku sholeh, caranya tiada lain harus melalui satu wahana dan proses
yang dinamakan: pendidikan, baik pendidikan di lingkungan keluarga, pendidikan
di masyarakat, maupun pendidikan di lingkungan sekolah, madrasah atau
pesantren. Karena pendidikan hakikatnya merupakan tanggungjawab semua orang,
bukan hanya tugas para guru di sekolah. Lebih-lebih menyangkut pendidikan
akhlak dan kepribadian, maka orangtuanya-lah yang sesungguhnya berperan penting
sebagai guru pertama bagi anak-anaknya. Sebagaimana nasehat Rasulullah SAW:
حقّ الولد على والده أن يحسن إسمه,
ويحسن مرضعه, ويحسن آدبه
“Hak
seorang anak atas orangtuanya adalah mendapatkan nama yang baik, (nafaqah) yang
baik, dan pendidikan (adab) yang baik”.
Jama’ah
sekalian yang dimuliakan Allah,
Dalam ajaran Islam pun Rasulullah SAW telah dengan secara
tegas menyatakan bahwa dirinya diutus oleh Allah SWT ke muka bumi adalah untuk
memperbaiki akhlak atau etika umat manusia, sebagaimana disabdakan oleh beliau:
إنما بعثت لأتمّم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus (oleh
Allah) untuk memperbaiki akhlak”. Selain itu, akhlak atau etika juga merupakan
manifestasi dari ciri kesempurnaan iman seseorang. Rasulullah SAW dalam hal ini menyatakan:
أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا
“Orang
mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya”.
Hadirin sekalian yang semoga senantiasa dirahmati
Allah,
Dalam dunia pendidikan pun sama demikian, penanaman
etika merupakan unsur utama yang sudah seharusnya menyatu dalam setiap proses
pembelajaran, apapun materi yang dipelajari atau diajarkan. Hal ini selaras
dengan hakikat dan tujuan pendidikan itu sendiri, yakni sebagai upaya
pembentukan dan pengembangan seluruh aspek potensi peserta didik secara utuh,
sesuai fitrah yang dimiliki manusia sejak lahir, baik potensi intelektual dan
spiritualnya, potensi jasmaniah dan ruhaniyahnya, dan sebagainya. Atau dengan
kata lain, hakikat dari tujuan pendidikan itu tak lain sebagai upaya penanaman
nilai-nilai luhur (transfer of moral) dalam rangka “memanusiakan”
manusia. Maka, adalah kurang tepat, apabila tugas mengajar atau mendidik hanya
dimaknai secara sederhana hanya sebatas proses pengajaran materi pengetahuan (transfer
of knowledge) semata di dalam ruang-ruang kelas sekolah.
Pendidikan harus kita pahami bukan hanya sekadar soal
“profesi”, namun lebih dari itu, ia mesti dijiwai sebagai sebuah tanggungjawab
“profetik”, yakni tanggungjawab moral untuk sama-sama mengemban tugas kenabian,
dalam rangka menyiapkan generasi yang tidak hanya diharapkan terampil dan berilmu
pengetahuan tinggi, tetapi juga memiliki akhlak dan keluhuran budi pekerti. Karena
itulah sesungguhnya kunci utama membangun negeri. [ ] Akhirnya, di tengah rutinitas kita menjalankan aktivitas dan profesi
apapun, masing-masing kita pada hakikatnya dituntut mampu menjadi seorang “pendidik”.
Mendidik keluarga, mendidik masyarakat, mendidik isteri dan anak-anak, termasuk
mendidik diri kita sendiri, adalah konsekuensi wajib yang harus dilaksanakan setiap
orang di sepanjang hayat. Insya Allah, dengan paradigma semacam ini, setiap
waktu, tenaga dan pikiran yang kita curahkan akan bernilai ibadah di sisi Allah
SWT, seiring harapan semoga usia dan rizki yang dititipkan kepada kita akan
benar-benar bernilai manfaat serta berkah fid diini wad dunya wal akhirah.
Amin ya Rabbal ‘Alamin.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم. ونفعني
وإيّاكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم. وتقبّل منّي ومنكم تلاوته إنّه هو
السميع العليم. أقول قولي هذا واستغفر الله لي ولكم فاستغفروه. إنّه هو الغفور
الرحيم.
الخطبة
الثانية:
الحمد
لله الذي أَكرَمَنا بِدِين الحقّ المبين، وأَفضَلَنا بِشريعة النّبي الكريم، أشهد
أن لا اله إلاّ اللهُ وحده لا شريك له الملِكُ الحقُّ المبين، وأشهد أنّ سيّدَنا
ونبيَّنا محمدا عبدُه و رسولُه سيّدُالأنبياء والمرسلين، اللهم صلّ وسلّم وبارك
على نبيِّنا محمد وعلى اله وصحبه والتابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أما
بعد: فيأيّها الناس اتّقوا الله، وافعلوا الخيرات واجتنبوا عن السيئات، واعلموا
أنَّ الله أمَركم بأمرٍ بدأ فيه بنفسه وثـنّى بملآئكته بقدسه, وقال تعالى: إنَّ
الله وملآئكته يصلّون على النبى يآأيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما.
اللهمّ صلّ على سيدنا محمد وعلى أنبيآئك ورُسُلِك وملآئكتِك المقرّبين, وارضَ
اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة
والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين, وارض عنّا معهم برحمتك
ياأرحم الراحمين. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوات. اللَّهُمَّ اجْعَلْ
جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ
تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا
مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ
وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا
صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا،
وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا
صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاً طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ
وَالإِكْرَامِ. ربّنا آتنا في الدّنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النّار.
عباد الله، إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء
والمنكر والبغي يعظكم لعلّكم تذكّرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على
نعمه يزدكم واسئلوه من فضله يعطكم ولذكرالله أعزّ وأجلّ وأكبر.