Naskah Khutbah Jum’at:
MEMAKNAI KEMENANGAN DI BULAN SYAWAL SECARA HAKIKI
Oleh: Mohamad Kholil, S.S., M.S.I.
(Disampaikan di Masjid Jami’ Al-Ikhlash Dukuhjeruk Kec. Karangampel Kab.
Indramayu,
Jum’at, 7 Juli 2017 M / 13 Syawal 1438 H)
KHUTBAH
I
اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِي جَعَلَ الْاِسْلَامَ طَرِيْقًا سَوِيًّا، وَوَعَدَ
لِلْمُتَمَسِّكِيْنَ بِهِ وَيَنْهَوْنَ الْفَسَادَ مَكَانًا عَلِيًّا. أَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ
خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محمّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ
الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ
يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ،
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ
وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ
تَعَالَى : يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
Hadirin sidang Jum’ah yang dirahmati Allah,
Segala puji dan rasa syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kita dapat kembali berkumpul di
masjid ini, dalam keadaan sehat wal ‘afiat baik jasmani maupun ruhani. Dan
berkumpulnya kita di masjid ini, semoga menjadi pertanda masih adanya iman dan
Islam yang terpatri di dalam hati. Ini semua tentu tak lain merupakan hidayah
dan ‘inayah-Nya yang juga patut kita syukuri, dengan cara senantiasa bertaqwa
kepada Allah Rabbul ‘Izzati, yakni menunaikan segala perintah-Nya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya. Sikap taqwa yang kita miliki itu sudah
seharusnya kita jaga dan pelihara dengan istiqamah sehidup semati, seraya
berharap semoga kelak pada saatnya kita semua mampu menutup usia dan
meninggalkan dunia fana’ ini dalam keadaan husnul khatimah. Amin ya Rabbal
‘Alamin.
Jama’ah
Jum’at rahimakumullah,
Saat ini
kita tengah berada di minggu kedua bulan Syawal. Bulan suci Ramadhan sudah
dua pekan meninggalkan kita. Tidak ada kepastian apakah di tahun mendatang kita
masih bisa kembali berjumpa dengannya, menggapai keutamaan-keutamaannya, mewarnai
nuansa ibadah di dalamnya, ataukah justru Allah telah terlebih dulu memanggil
kita. Imam al-Haddad dalam hal ini mengatakan:
لا تسكب الدمعات لرحيل رمضان, فرمضان سيعود. لكن اسكب
الدمعات خشية أن يعود رمضان أنت راحل.
“Tak perlu kau menangis menumpahkan
air mata atas kepergian Ramadhan, karena Ramadhan pasti akan kembali. Tetapi menangislah
karena satu alasan, yakni: bisa jadi saat Ramadhan itu kembali engkau telah
keburu pergi (menghadap ilahi)”.
Kita pun tidak pernah tahu secara
pasti, apakah amaliyah ibadah yang kita lakukan selama bulan suci Ramadhan mendapatkan
perkenan dan diterima oleh Allah SWT atau tidak. Oleh karena 2 hal yang belum
pasti inilah, membuat sebagian besar ulama salafus shalih terdahulu senantiasa berdo’a
kepada Allah selama 6 bulan sejak Syawal hingga Rabi’ul Awal agar ibadahnya
selama Ramadhan diterima, lalu selama 6 bulan berikutnya dari bulan Rabi’ul Awal
hingga Sya’ban berdo’a agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan
berikutnya.
Jama’ah
sekalian
yang dirahmati Allah,
Makna bulan Syawal secara
lughawi berarti “peningkatan”. Itulah yang sesunguhnya menjadi tujuan dari ibadah
puasa. Karena setelah melewati Ramadhan, diharapkan orang-orang yang beriman
meraih derajat ketakwaan yang meningkat, menjadi seorang muslim yang bersih
dari dosa-dosa sebagaimana bayi yang terlahir ke dunia. Termasuk juga meningkat kualitas
pribadinya, yang selama Ramadhan telah dilatih
secara terus menerus
sebulan penuh baik lahir maupun batin.
Tentunya kita tidak ingin amal ibadah yang kita lakukan
dengan susah payah di bulan suci tidak membuahkan apa-apa yang berarti. Kita
semua juga tentu mengharapkan
adanya perubahan ke arah yang
lebih baik, menjadi
orang-orang bertakwa yang
selalu taat dan patuh kepada Allah SWT. Karena kemuliaan manusia di
hadapan Allah SWT hanya diukur dari tingkat ketakwaannya, sebagaimana firman
Allah SWT:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya telah Aku ciptakan kalian laki-laki dan
perempuan, dan telah Aku jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kalian dapat saling mengenal, dan (ketahuilah) sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara
kalian di
sisi Allah adalah orang yang paling
bertaqwa.” (QS. al-Hujurat: 13).
Jama’ah jum’at hadaniyallahu wa iyyakum,
Akan tetapi, fenomena umum yang
dapat kita saksikan justru sebaliknya. Syawal,
seakan-akan menjadi bulan
yang ditunggu-tunggu agar terlepas dari belenggu dan bebas melakukan kegiatan
apa saja seperti sedia kala. Contoh nyata dari fenomena tersebut
yang dapat kita rasakan di antaranya, banyaknya prilaku sebagian masyarakat,
terutama generasi muda, yang merayakan Idul
Fitri
dengan pesta pora dan kegiatan
yang melampaui
batas serta bertentangan dengan
nilai-nilai ajaran
agama, maraknya kembali tempat hiburan kemaksiatan yang
sebulan sebelumnya ditutup. Bahkan tempat-tempat maksiat itu
justru langsung kembali ramai
sejak hari petama bulan Syawal. Masjid-masjid
pun kembali
sepi dari jama’ah
shalat. Lantunan ayat suci al-Qur’an juga kembali jarang
terdengar, yang ada justru umpatan, luapan emosional, dan kemarahan yang kembali
membudaya. Prilaku semacam ini ibarat mengotori
kain putih yang baru
saja sebulan sebelumnya telah dengan susah payah dicuci
bersih.
Hadirin
juma’ah jum’at yang dirahmati Allah,
Oleh karenanya, di
bulan Syawal
ini marilah kita melakukan
intropeksi dan evaluasi terhadap amal ibadah kita, agar
setelah Ramadhan
berlalu kita benar-benar
menjadi pribadi yang lebih baik dari pada
sebelumnya. Hari ini lebih baik dari
pada hari kemarin. Kegagalan masa lalu harus kita jadikan pelajaran berharga untuk
tidak kita ulangi lagi di masa yang akan datang. Berangkat dari introspeksi semacam
ini serta dengan mengingat makna dan semangat bulan Syawal, kita diharapkan betul-betul
mampu mengamalkan sikap istiqamah, yaitu sikap komitmen dan konsisten untuk
selalu berjalan di atas rel kebaikan serta senantiasa patuh mengikuti perintah
dan ajaran agama, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ
وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Maka
istiqamahlah kamu sebagaimana telah diperintahkan
kepadamu dan (juga) orang-orang yang telah bertaubat, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah Maha
Melihat
apa yang kamu kerjakan.” (QS. Hud:
112).
Sikap istiqamah ini penting
kita tanamkan dalam diri kita sejak sekarang. Karena satu amal kebaikan yang
dilakukan secara istiqamah itu jauh lebih baik dari pada seribu kemuliaan, sebagaimana
sering dikatakan oleh para ulama:
الإستقامة خير من ألف كرامة
Bahwa sebuah sikap istiqamah itu lebih baik dari pada memiliki seribu
karamah. Tentang pentingnya sikap istiqamah ini, Imam al-Ghazali juga
menerangkan:
لا خيرَ في
خيرٍ لا يدومُ بل شرٌّ لا يدومُ خيرٌ مِن خيرٍ لا يدومُ
“Tak
ada baiknya kebaikan yang tidak dilakukan secara istiqamah atau terus menerus.
Bahkan sebaliknya, keburukan yang tidak dilakukan terus menerus, itu lebih baik
dari pada kebaikan yang dilakukan tidak terus menerus.”
Hadirin yang dirahmati Allah,
Demikian khutbah ini kami sampaikan. Semoga bermanfaat bagi kita sekalian. [
]
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ
هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ
هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH
II
الحمد
لله الذي أَكرَمَنا بِدِين الحقّ المبين، وأَفضَلَنا بِشريعة النّبي الكريم، أشهد
أن لا اله إلاّ اللهُ وحده لا شريك له، الملِكُ الحقُّ المبين، وأشهد أنّ سيّدَنا
ونبيَّنا محمدا عبدُه و رسولُه، سيّدُالأنبياء والمرسلين، اللهم صلّ وسلّم وبارك
على نبيِّنا محمد وعلى اله وصحبه والتابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين، أما
بعد: فيأيّها الناس اتّقوا الله، وافعلوا الخيرات واجتنبوا عن السيئات، واعلموا
أنَّ الله أمَركم بأمرٍ بدأ فيه بنفسه وثـنّى بملآئكته بقدسه, وقال تعالى: إنَّ
الله وملآئكته يصلّون على النبى يآأيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما.
اللهمّ صلّ على سيدنا محمد وعلى أنبيآئك ورُسُلِك وملآئكتِك المقرّبين, وارضَ
اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة
والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين, وارض عنّا معهم برحمتك
ياأرحم الراحمين.
اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوات.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا
مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا
وَلا مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ
وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا
صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا،
وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا
صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاً طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ
وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِاْلإِيمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي
قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ. ربّنا
آتنا في الدّنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النّار. والحمد لله رب العالمين.
عبادالله، إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء
والمنكر والبغي يعظكم لعلّكم تذكّرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على
نعمه يزدكم ولذكرالله اكبر.