“BIOGRAFI IMAM JALALUDDIN AS-SUYUTHI”
Nama lengkap beliau adalah:
أبو الفضل جلال الدين عبد الرحمن بن الكمال
أبي بكر بن محمد بن سا بق الدين بن
الفخر بن عثمان بن ناظر الدين محمد بن سيف الدين حضر بن نجم
الدين أبي صلاح
أيوب بن ناصر الدين محمد بن الشيخ همام الدين الهمّام الخضيري السيوطي.
Adapun nama kunyahnya adalah “Abu al-Fadhl”, sedangkan nama laqabnya
adalah Jalaluddin As-Suyuthi. Beliau dilahirkan setelah maghrib pada malam ahad
di awal bulan Rajab, tepatnya pada tahun 849 H, di
Kairo, Mesir. Imam As-Suyuthi pernah melakukan perjalanan ke beberapa
negeri seperti Syam, Hijaz, Yaman, Hindi, Maghrib, dan Takrur hanya untuk
menimba ilmu. Ayah Imam As-Suyuthi meninggal dunia ketika umur beliau menginjak
5 tahun 7 bulan. Imam As-Suyuthi telah mengkhatamkan Al-Qur’an ketika umurnya
baru 8 tahun, ia banyak menghafal matan-matan hadis yang ia ambil dari banyak
guru, jumlah mereka itu menurut muridnya, al-Dawudi, mencapai 51 orang.
Karya-karya Imam As-Suyuthi mencapai tak kurang dari 500 kitab. Ia mempunyai keistimewaan dalam
kecepatannya mengarang kitab, sehingga muridnya, al-Dawudi, menceritakan: “aku
melihat Syaikh (Imam As-Suyuthi) menulis kitab dalam satu hari sebanyak 3 bab”.
Adapun mengenai nisbah kepada الخضيري ia berkomentar bahwa tidak ada yang lebih mengetahuinya
kecuali al-khudairiyah (الخضيرية), yaitu tempat
kering di Baghdad. Imam As-Suyuthi pada umur 8 tahun
sudah hafal al-Quran, kemudian beliau menghafal kitab al-Umdah,
Manhaj, Fikih, Ushul, dan Alfiyah bin Malik. Beliau mulai
berkecimpung dalam kesibukan ilmu pengetahuan dari tahun 864 H, yaitu ketika
umur beliau 15 tahun. Beliau belajar Fikih dan Nahwu serta
belajar ilmu Faraidh dari Syeikh Syihabuddin al-Syarimasahi, beliau belajar
bersama Syaikhul Islam Ilmuddin al-Bulqini dalam bidang Fikih sampai
beliau meninggal dunia. Beliau membacakan kepada anaknya al-Bulkini dari awal al-Tadrib
sampai al-Wakalah, beliau juga mendengarkan kepadanya dari awal al-Hâwi
al-Shagîr sampai berkali-kali, beliau juga mendengar dari al-Bulkini isi
kitab al-Manhâj dari awal sampai bab zakat, dan sebagian dari kitab al-Raudhah
dari bab Qadha, serta sebagian syarah al-Manhâj Imam Zarkasyi. Beliau
belajar bersama Syaikhul Islam Syarafuddin al-Manawi lalu beliau membacakan
kepadanya sebagian dari isi kitab al-Manhâj, beliau juga belajar syarah al-Bahjah
dan Hasyiah Tafsir al-Hanafi, di samping itu beliau juga belajar hadis
dan Bahasa Arab kepada Taqiyuddin al-Hanafi. Beliau menekuninya dalam waktu 4
tahun, dan beliau sempat belajar bersama Al-‘Allamah Ustadz Mahyuddin al-Kafiji
selama 14 tahun, beliau belajar darinya berbagai macam ilmu, mulai dari Tafsir,
Ushul, Bahasa Arab, Ma’ani, dll.
Imam As-Suyuthi adalah orang yang paling alim di zamannya di bidang ilmu
hadis dan berbagai cabangnya, rijalul hadis, gharib, matan hadis, sanad, serta
istimbat kepada hukum-hukumnya. Beliau telah mengkhabarkan bahwa dirinya
telah menghapal 200 ribu hadis. Beliau berkata: “Seandainya
aku mendapati lebih banyak hadis niscaya akan lebih banyak yang bisa aku hapal”.
Ketika umur beliau mencapai 40 tahun, beliau mengosongkan segala aktivitasnya,
hanya untuk beribadah, dan beliau berpaling dari dunia dan masyarakatnya,
beliau juga meninggalkan untuk berfatwa dan tidak juga menjalani ativitas
mengajar, beliau mengemukakan semua itu dalam karyanya yang berjudul al-Tanfis.
Imam As-Suyuthi bermukim di Raudhah al-Miqyas dan tidak berpindah sampai
beliau meninggal dunia. Beliau mempunyai sifat-sifat yang baik dan karamah
yang banyak, beliau juga banyak sekali mempunyai pengetahuan syair, beliau
menguasai secara mendalam faedah-faedah keilmuan, dan hukum-hukum syara’.
Adapun Suyuth adalah nama negeri kelahiran ayahnya. Beliau belajar dan
menimba berbagai macam ilmu pengetahuan dari para tokoh ulama pada masa itu,
sehingga beliau banyak menguasainya dan menjadi tokoh yang paling menonjol di
antara teman-temannya. Beliau pernah menjabat mufti selama beberapa
tahun dan mengajar di madrasah Al-Syaikhuniyah, kemudian di madrasah
Al-Bibersiyah.
Pada usia tuanya beliau banyak beristirahat dan ber’uzlah di rumahnya,
yaitu di Raudhah, beliau menekuni ibadah dan menulis kitab. Banyak sekali ulama
yang membuat biografi Imam As-Suyuthi, di antara mereka adalah muridnya
Al-Hafidz al-Dawudi membuat biografi tersendiri dari kitab gurunya Al-Hafidz
As-Suyuthi, Imam As-Suyuthi sendiri juga membuat biografi tentang dirinya
dalam banyak kitab, dan salah satu kitab itu menyebutkan sesuatu yang tidak
dijelaskan dalam kitab lainnya. Banyak juga yang membuat biografi beliau dari
kalangan pendukung bahkan penentang beliau, demikian juga orang yang bersikap
moderat di antara keduannya. Di antara ulama dahulu yang membuat biografi
beliau adalah Imam Ibnu Iyas dalam kitab sejarahnya. Juga pemilik kitab al-Kawâkib
al-Sirâh, dan Abdul Ghani al-Nablisy. Salah seorang dari ulama modern yang
membuat biografi Imam Sayuthi adalah Imam al-Muhaqqiq Sayid Abdul Hay
al-Kanani. Jalaluddin As-Suyuthi merupakan puncak dari tokoh-tokoh ulama yang
berpengaruh sehingga banyak yang mengomentarinya baik orang yang mencela maupun
orang yang memujinya.
Beliau adalah orang yang produktif dalam karyanya, beliau juga memiliki
daya ingat yang kuat dan semangat tinggi sejak kecil. Beliau belajar dan
nyantri kepada guru-gurunya yang jumlahnya mencapai 600
orang. Keagungan dan kemuliaan yang didapat As-Suyuthi, serta lautan
ilmu yang begitu luas, tak lepas dari do’a orang-orang shalih dan guru-guru
beliau yang senantiasa menjadi pembimbingnya, hal ini beliau ungkapkan sendiri,
katanya: “semasa ayahku masih hidup, aku dibawa kepada Syaikh Muhammad
al-Majdzub, yaitu seorang wali yang terkenal di dekat al-Masyhad al-Nufaisi,
lalu beliau memberkatiku. Manakala aku berhaji dan minum air zam-zam, itu karena
beberapa motivasi, di antaranya: 1) supaya di dalam fikih aku
disampaikan kepada derajat guruku Sirajuddin al-Bulqini, 2) di bidang hadis
mencapai derajat al-Hafidz Ibnu Hajar.
Di samping ilmunya yang banyak, ia adalah seorang yang mulia, dermawan,
shalih, tidak pernah berambisi pada kekuasaan dan tidak pernah minta bantuan
kepada pemerintah atau raja-raja. Diriwayatkan bahwa Sultan al-Ghuri pernah
mengirim kepadanya seorang budak bersama uang seribu dinar. Tetapi ia menolak
uang seribu dinar tersebut dan menerima budak untuk dimerdekakannya dan
dijadikan sebagai pelayan masjid Nabawi, ia sering dikunjungi oleh para penguasa,
Amir dan menteri dengan membawa berbagai pemberian dan hadiah, namun ia selalu
menolaknya. Dia juga berkata kepada para pejabat, “jangan datang kepadaku
selalu membawa hadiah, karena Allah telah mencukupiku dari hal seperti itu”. Ia
tidak mondar-mandir kepada raja, juga tidak kepada lainnya. Raja selalu
mengundangnya dan dikatakan kepadanya, bahwa sebagian wali Allah mondar-mandir
menemui raja-raja dan pejabat dalam kebutuhan manusia. Dia menjawab: “mengikuti
ulama salaf serta tidak mondar-mandir kepada raja dan pejabat adalah lebih
selamat bagi agama orang Islam”. Imam As-Suyuthi berkata: “Aku dianugerahi oleh
Allah lautan dalam 7 ilmu, yaitu: Tasir, Hadis, Fikih, Nahwu, Ma’ani, Bayan dan
Badi’. Dengan banyaknya ilmu yang dikuasai, Imam As-Suyuthi telah sampai
pada derajat yang tinggi, beliau menghimpun dengan tangannya sendiri berbagai
macam kitab dan karangan, maka jadilah beliau seorang yang mempunyai
pengetahuan dan pandangan yang luas, sampai-sampai beliau diberi gelar “Ibn Kutub”(إبن الكتب).
Imam As-Suyuthi tidak akan pernah menjadi apa-apa tanpa peran seorang guru,
berikut adalah guru-guru beliau yang masyhur: Syaikh Ilmuddin al-Bulkini,
kepadanya beliau belajar Fiqih Asy-Syafi’i; Syaikh Syarafuddin al-Manawi, guru
beliau dalam bidang ilmu-ilmu agama dan Bahasa Arab; Syaikh Mahyuddin al-Kafiji
(W. 879 H); Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Musa al-Sairami, kepadanya beliau
membaca Shahih Muslim dan al-Syifa serta yang lainnya; dan
Taqiyuddin al-Hanafi, guru Imam As-Suyuthi dibidang hadis dan Bahasa Arab.
Adapun murid-murid Imam As-Suyuthi yang menjadi pelengkap bagi kemasyhuran
beliau di antara mereka yang terkenal adalah: 1. Muhammad bin Ali al-Dawudi (W.
945 H) 2. Zainuddin Abu Hafash Umar bin Ahmad al-Syima’i (W. 936 H) 3. Muhammad
bin Ahmad bin Iyas (W. 930 H) 4. Muhammad bin Yusuf al-Syami al-Shalihi
al-Mishri (W. 942 H) 5. Ibnu Thulun Muhammad bin Ali bin Ahmad (W. 953 H) 6.
Al-Syarani, Abdul Wahab bin Ahmad (W. 973 H), beliau wafat di Kairo.
Imam As-Suyuthi diklasifikasikan sebagai salah seorang aulia
Allah oleh Al-Nabhani dalam kitabnya Jami’ Karamat al-Auliya. Salah satu
cerita yang menarik adalah Imam As-Suyuthi pernah melihat Nabi SAW di dalam
mimpi, dan beliau bertanya kepada Nabi SAW tentang sebagian hadis, dan Nabi SAW
berkata kepadanya “Bawalah kemari yaa syaikhussunnah”. Dia melihat
dirinya ini di dalam mimpi dan Nabi berkata kepadanya: “bawalah kemari yaa
syaikhul hadis”. Muridnya, al-Syaikh Abd al-Qadir al-Syadzili, di dalam
kitab terjemahnya menyebutkan bahwa gurunya Imam As-Suyuthi berkata: “Aku
melihat Nabi di waktu jaga, lalu Nabi berkata kepadaku “yaa syaikh al-hadis”,
lalu aku bertanya kepada beliau: “yaa Rasulallah, apakah aku ini
termasuk golongan ahli surga?”. Nabi menjawab: ya. Syaikh Abd al-Qadir bertanya
kepada gurunya: “yaa tuanku, berapa kalikah engkau melihat Nabi dalam keadaan
jaga?”, Beliau menjawab: “lebih dari 70 kali”.
Di akhir hayatnya, Imam As-Suyuthi ditimpa sakit keras,
dan di tangan kirinya terdapat bengkak, akhirnya beliau harus mengakhiri
serangkaian warna kehidupannya pada waktu menjelang subuh, malam Jum’at 29
Jumadil Awal pada tahun 911 H. Sang Imam Besar
abad ke 10 H berpulang ke rahmatullah, di rumahnya di Raudhah al-Miqyas.
Kitab-kitab karya beliau mencapai 500 kitab. Menurut
Brokelmen, seorang orientalis Jerman menghitungnya sekitar 415 buah karya tulis
Imam As-Suyuthi, ada yang sudah diterbitkan dan ada pula yang masih dalam
bentuk manuskrip. Ibnu Ilyas berkata: “karya tulis beliau mencapai 600 buah
membahas berbagai cabang ilmu pengetahuan Islam, Arab, dan Sejarah.” Sebagian
dari kitab Imam As-Suyuthi adalah karangan asli, sebagian dari rangkuman
kitab-kitab lain sebelumnya, sebagian lagi adalah kumpulan tulisan dan susunan.
Karakteristik tulisannya terdapat di semua kitabnya, dia memperhatikan karakteristik
penulisan yang mudah, maka karya-karyanya tidak ditemukan komentar, baik yang
karangan, himpunan atau susunannya.” Ibnu Imad berkata sebagaimana yang dikutip
Mani Abd Halim Mahmud dalam beberapa catatan, bahwa muridnya Imam As-Suyuthi
memiliki nama-nama kitab karyanya yang besar, yang utuh dan terhimpun, maka
jumlahnya menghabiskan angka 500 karya. Karya-karyanya popular di seantero bumi
baik timur dan barat, dan itu adalah mukjizat besar dalam kecepatannya menyusun
kitab. Abul Hasanat, Muhammad Abdul Hay al-Kanwi dalam kitabnya Hasyiyah
Muwaththa (seperti yang telah dikutip Halim Mahmud) setelah menuturkan
biografi Imam As-Suyuthi mengatakan: “Karya-karyanya semua membuat
faidah-faidah yang luas, hikmah yang mulia, semuanya digambarkan oleh kedalaman
ilmunya, keluasan pandangan dan kejelian pemikirannya. Dan terbukti ia adalah
termasuk dari pembaharu agama Islam di awal abad ke-10 dan akhir abad ke-9 H.
Sebagaimana ia mengakuinya sendiri, dan kebenarannya disaksikan ulama yang
datang sesudahnya seperti Ali Alqari Almakki dalam kitab al-Mirat Syarh
al-Misykat.” Sayyid Muhammad Abdul Hay al-Kanani mengatakan: “Di Mesir
penuh dengan kumpulan-kumpulan karya As-Suyuthi, di tahun 904 sebelum 7 tahun
dari wafatnya tercatat karyanya berjumlah 538, jumlah karyanya di bidang tafsir
sebanyak 73, dalam hadis 205, di bidang mushthalah al-hadis 32, fiqih
71, ushul fikih dan tasawwuf sebanyak 20, lughah, nahwu
dan tashrif 66, al-ma’ani, bayan dan badi’ 6, kitab yang
dihimpun dari berbagai disiplin ilmu 80, al-tabaqat wa tarikh 30, dan jami’
37.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa buah karya Imam
As-Suyuthi sangatlah banyak, mencapai 500 buah menurut al-Dawudi, dan 600 buah
menurut Ibnu Ilyas. Di antara karya-karya Imam as-Suyuthi yang dapat ditemukan
antara lain : 1. Al-Durr al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur 2. Al-Ashbah
wa al-Nazhair 3. Hamm al-Awami’, Syarah Jum’ul Jawami’ 4. Al-Jami’
al-Kabir fi al-Hadis 5. Ainul Isbah fi Ma’rifah al-Shah-abah 6. Duur
al-Shuhbah fi Man ‘Asya min al-Shahabah, Miatan wa ‘Isyrin 7. Rih
al-Nasrin fi Man ‘Asya min al-Shahabah, Miatan wa ‘Isyrin 8. Is’af
al-Mabda bi Rijal al-Muwaththa 9. Kasyf al-Talbis ‘an Qalbi Ahl al-Tadli
10. Tadrib al-Rawi Syarh Taqrib al-Nawawi 11. Al-Itqan fi Ulum
al-Qur’an 12. Tarikh al-Khulafa’, dan masih banyak lagi karya-karya
beliau yang tidak tertuliskan di sini.