Rabu, 11 September 2024

Khutbah Jum'at: Bulan Shafar dan Pengantar Manusia Menuju Surga

Khutbah Pertama:

الحمد لله له الحمد في الأولى والآخرة، أحمده وأشكره على نعمه الباطنة والظاهرة، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، هدى بإذن ربه القلوب الحائرة، صلى الله وسلم وبارك عليه وعلى آله وصحبه نجوم الدجى والبدور السافرة، أمّا بعد, فيا عبادَ الله أُوصِيكم ونفسي بتقوى الله وطاعتِه لعلّكم تُفلِحون.

Hadirin jama’ah Jum’at yang dirahmati Allah,

Saat ini kita telah berada di tengah bulan Shafar, bulan kedua dalam perhitungan kalender hijriyah. Menurut Imam Ibnu Mandzur dalam kitabnya Mu’jam Lisanil ‘Arab, bulan ini dinamakan “shafar” karena:

لإصفار مكة من أهلها إذا سافروا

Yakni, kosongnya kota Makkah pada masa itu karena sebagian besar penduduknya pergi melakukan perjalanan (keluar Makkah).

Terkait bulan shafar ini, dalam kitab Mandzumah Syarhi al-Atsar fi Maa Warada ‘an Syahri as-Shafar, Syaikh Abu Bakar al-‘Adni menjelaskan bahwa pada bulan inilah, 14oo tahun lebih yang lalu, bertepatan dengan bulan September tahun 622 M, Rasulullah untuk pertama kalinya melangkahkan kaki berhijrah meninggalkan tanah kelahirannya, Makkah al-Mukkarramah, menuju Yatsrib, yang kemudian berganti nama menjadi Madinah al-Munawwarah.

Dalam kitab Bahjatun Nufus wal Asrar, Imam al-Murjani (wafat 770 H/1369 M) menjelaskan, bahwa Rasulullah tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabi’ul Awal. Beliau disambut dengan penuh suka cita oleh seluruh penduduk Madinah. Salah satu sabda beliau saat pertama kali tiba di Madinah adalah terkait empat amal yang akan mengantarkan seseorang ke dalam surga. Di  hadapan para sahabat dan penduduk Madinah, beliau bersabda:

أيها النّاس أَفْشُوا السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصِلُوا الأَرْحَامَ وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ

“Wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berilah makan orang-orang yang kelaparan, sambunglah tali persaudaraan, dan shalat malam-lah tatkala orang lain tertidur pulas, niscaya kalian akan masuk ke dalam surga dengan penuh kedamaian.” (HR. Imam Ibnu Majah dan Imam  Ahmad)

Jamaah Jum’at rahimakumullah,

Pesan pertama Rasulullah dalam sabda di atas adalah afsyus salaam. Sebarkanlah salam, sebarkan kedamaian. Rasulullah menganjurkan umatnya agar saling mengucap salam dan menebar kedamaian. Kapanpun dan di manapun, seorang muslim harus menjadi inisiator perdamaian, bukan penebar pertikaian dan permusuhan. Hal ini sesuai dengan makna “Islam” yang secara harfiyah berarti kedamaian, dan Islam sejak awal kemunculannya sangat mencintai kedamaian dan menebarkan rahmat kasih sayang. Di dalam al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين

“Dan tidaklah Aku mengutusmu (Muhammad) kecuali agar engkau menjadi rahmat bagi seluruh alam”. (QS. Al-Anbiya: 107)

Sejak pertama kali Rasulullah berdakwah menyebarkan Islam, tak ada satu orang pun yang dipaksa masuk Islam. Islam disebarkan oleh beliau dengan penuh kedamaian dan kebijaksanaan. Bahkan setiap kali Rasulullah disakiti atau mendapat perlakuan tidak manusiawi, beliau tidak pernah membalas dengan tindakan serupa, baik saat Nabi berada di Makkah maupun di Madinah. Bahkan sepeninggal Rasulullah pun, tak pernah ada paksaan atas seseorang memeluk agama Islam. Termasuk dakwah yang dilakukan oleh Wali Songo dan jejaringnya dalam penyebaran Islam di nusantara, semua dilakukan dengan cara bil hikmah wal mau’idzatil hasanah serta uswah hasanah dan akhlak mulia. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

أدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِه وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ   

Serulah (manusia) menuju jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka (bila memang diperlukan) namun dengan cara yang baik-baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Sebagai pembawa ajaran kedamaian, Rasulullah mengajak umatnya agar berbuat baik kepada siapapun, meski kepada non-muslim sekalipun. Sewaktu berada di Makkah, ketika umat Islam disakiti, dianiaya, bahkan beberapa ada yang disiksa dan dibunuh seperti yang dialami sahabat Yasir dan Sumayyah, Rasulullah tidak pernah berusaha membalas dengan tindakan serupa. Beliau mengajarkan umatnya untuk bersabar dan tidak dendam, bahkan beliau lebih memilih mengajak mereka hijrah ke Madinah sesuai perintah Allah SWT.  

Barulah ketika di Madinah, seiring kondisi umat Islam yang semakin kuat, Allah lalu menurunkan ayatul qital (ayat-ayat jihad) yang memerintahkan umat Islam agar bangkit menghadapi agresi dan perang yang dilakukan kaum kafir Quraisy. Meski demikian, sebagaimana dijelaskan oleh Syaikhul Azhar Yusuf Al-Qaradhawi dalam kitabnya Fiqhul Jihad, perlu dipahami bahwa semua peperangan umat Islam yang terjadi pada masa Rasulullah, merupakan peperangan defensif, yakni perang dalam rangka membela diri. Sebagaimana peristiwa Perang Badar. Perang itu bermula ketika kaum muslim hendak mengambil harta benda yang dirampas dan dijarah sewaktu ditinggal hijrah. Namun kaum kafir Quraisy di bawah pimpinan Abu Jahal justru menyambutnya dengan genderang perang. Demikian pula Perang Uhud, Perang Ahzab atau Perang Khandaq, semua dilatar-belakangi adanya upaya kaum kafir Quraisy dan sekutunya yang ingin menginvasi dan menghancurkan Madinah.

Jama’ah sekalian rahimakumullah,

Lalu pesan Rasulullah yang kedua dalam hadits di atas adalah ath’imu at-tha’am, berikanlah makanan orang-orang yang membutuhkan atau kelaparan. Inilah salah satu sisi ajaran humanisme Islam, yakni agar setiap orang saling peduli dan empati dalam hubungan kemanusiaan, tanpa memandang apapun suku dan agamanya. Sejak Islam mulai disebarkan di Makkah, ajaran saling tolong menolong, terutama terhadap kaum dhu’afa, sudah sejak dini ditanamkan. Bahkan al-Qur’an menyebut orang-orang yang tidak memiliki kepedulian terhadap penderitaan sesama sebagai “pendusta agama”. Di dalam QS. Al-Ma’un Allah SWT berfirman:  

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ. فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ. وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Yaitu orang yang suka menghardik anak yatim, dan enggan memberi makan orang miskin.

Ulama ahli tafsir menjelaskan, bahwa asbabun nuzul yang melatarbelakangi ayat ini berkenaan dengan seorang tokoh kafir Quraisy yang setiap minggunya menyembelih beberapa ekor unta untuk pesta pora. Hingga suatu ketika datang seorang anak yatim yang meminta sedikit daging unta yang disembelih itu, namun ia tidak diberi tetapi justru dihardik dan diusir.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Pesan ketiga yang diajarkan Rasulullah adalah wa shilu al-arham, yakni menyambung silaturahim atau tali persaudaraaan. Islam melarang perpecahan dan permusuhan, oleh karenanya silaturahim yang paling utama adalah menyambung kembali silaturahim dengan orang yang pernah memutuskannya. Di samping itu, dalam silaturahim ini terkandung manfaat yang sangat besar. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ, وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ, فَلْيَصِلْ رَحِمَه

Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menyambung tali silaturahim. (HR. Bukhari)

Kemudian pesan Rasulullah yang keempat adalah wa shalluu bi al-laili wa an-naasu niyam, yaitu menyempatkan waktu untuk shalat malam, bermunajat dan bertahajjud kepada Allah di saat orang lain tengah tertidur lelap. Rasulullah bersabda:

أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ قِيَامُ اللَّيْلِ

Sholat sunnah yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam. (HR. An-Nasa’i)

Di dalam al-Qur’an Allah SWT juga menyatakan, bahwa mereka yang membiasakan diri melakukan qiyamul lail niscaya akan mendapatkan maqaman mahmudaa, yakni derajat yang tinggi dan maqam yang terpuji di sisi Allah SWT.

Semoga kita semua dimudahkan oleh Allah agar dapat mengamalkan empat amalan ini yang akan mengantarkan kita ke dalam surga. Meskipun mungkin kita belum bisa benar-benar melakukan secara istiqamah karena faktor kesibukan dan lainnya, setidaknya ada niat dan upaya untuk sesekali menyempatkannya, sesuai kaidah:

ما لا يُدرَك كلّه لا يُترَك كلّه

Apa yang tidak bisa kita kerjakan semuanya, jangan ditinggalkan semuanya.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua:

 الحمد لله ذي الجلال والإكرام حي لا يموت قيوم لا ينام، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك الحليم العظيم الملك العلام، وأشهد أن نبينا محمدًا عبده ورسوله سيد الأنام والداعي إلى دار السلام. أما بعد: فيأيّها الناس اتّقوا الله، وافعلوا الخيرات واجتنبوا عن السيئات، واعلموا أنَّ الله أمَركم بأمرٍ بدأ فيه بنفسه وثـنّى بملآئكته بقدسه, وقال تعالى: إنَّ الله وملآئكته يصلّون على النبى يآأيها الذين آمنوا صلّوا عليه وسلّموا تسليما. اللهمّ صلّ على سيدنا محمد وعلى أنبيآئك ورُسُلِك وملآئكتِك المقرّبين, وارضَ اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي بكر وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين, وارض عنّا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوات. اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاً طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. ربّنا آتنا في الدّنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النّار. والحمد لله رب العالمين. عبادالله، إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلّكم تذكّرون. فاذكروا الله العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم واسئلوه من فضله يعطكم ولذكرالله اكبر.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar