“HARI SANTRI NASIONAL DAN SEMANGAT KEBANGSAAN”
Oleh: Dr. H. Mohamad Kholil, S.S., M.S.I.
(Ketua Tanfidziyah MWCNU Karangampel Kab. Indramayu;
Ketua DKM Masjid Jami’ Al-Ikhlash Dukuhjeruk)
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ خَلَقَ
الْخَلْقَ وَقَدَّرَ الأَشْيَآءَ، وَاصْطَفَى مِنْ عِبَادِهِ الرُّسُلَ وَالأَنْبِيَآءَ
وَالأَوْلِيَآءَ, وَأَنْعَمَ هَذَا الْبَلَدَ إِنْدُوْنِيْسِيَا بِوُجُوْدِ جَمْعِيَّةِ
نَهْضَةِ الْعُلَمَآء, فَامْتَدَّتْ بِهَا رَايَةُ الْحَمْرَآءِ وَالْبَيْضَآءِ فِي
السَّمَآء، أَحْمَدُهُ
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِمَا هُوَ لَهُ أَهْلٌ مِنَ الحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ،
وَأُومِنُ بِهِ وَأَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
لاَ نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، أَنْزَلَ عَلَيْهِ رَبُّهُ الْقُرْآنَ الْمُبِيْنَ,
هُدًى وَنُوْرًا لِلْمُؤْمِنِيْنَ، وَجَعَلَ رِسَالَتَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ،
صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى سَائِرِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ,
وَآلِ كُلٍّ وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى
اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Seiring momentum peringatan Hari Santri Nasional yang beberapa hari lagi kita jelang, tepatnya pada 22 Oktober yang akan datang, pada kesempatan ini, marilah kita terus meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT, serta memperkokoh kembali pemahaman kita tentang makna ukhuwah wathaniyah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ajaran agama. Karena menjaga tali ukhuwah wathaniyah atau soliditas berbangsa dan bernegara ini bahkan harus lebih diprioritaskan ketimbang sebatas ukhuwah Islamiyah. Sebab, melalui ikatan ukhuwwah wathaniyah yang kuat, maka akan tumbuh semangat kebangsaan, jiwa patriotisme dan rasa cinta terhadap tanah air, yang pada gilirannya akan memompa semangat kita melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan tanah air itu dari berbagai ancaman, baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
Semangat inilah yang dulu digelorakan oleh Hadratus Syaikh al-Maghfurlah KH. M. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 Oktober 1945, bersama para ulama, kiai dan kaum santri se-antero Jawa dan Madura, melalui fatwa “Resolusi Jihad" yang mendorong terjadinya perang besar di Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Semua itu dilakukan tiada lain demi membela kedaulatan negara dari ancaman pasukan gabungan Inggris dan Belanda, yang berupaya menjajah kembali bangsa kita yang baru 3 bulan merdeka. Hingga atas kuasa dan pertolongan Allah, fatwa "Resolusi Jihad" yang diusung oleh para kiai dan santri itu dapat membuahkan hasil yang gemilang, meski harus ditebus dengan ribuan nyawa dari kalangan santri yang gugur di medan perang. Dalam catatan Sejarah diungkapkan, bahwa di antara tokoh-tokoh penting yang turut mensukseskan pertempuran di Surabaya, sekaligus menjadi tokoh kunci yang menjadi alasan mengapa perang itu dilakukan di tanggal 10 November, yang hingga sekarang diperingati sebagai Hari Pahlawan, adalah Kiai Abbas Buntet Cirebon, yang oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari dijuluki “Singa dari Jawa Barat”.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Semua itu tak lepas dari kegigihan, do’a dan keikhlasan para kiai dan santri, dibantu berbagai elemen masyarakat lainnya, sebagai wujud kecintaan mereka kepada bangsa, sekaligus pengamalan mereka terhadap ajaran agama, sebagaimana hal ini difatwakan oleh Hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari, ketika menjawab pertanyaan Bung Karno yang menanyakan perihal bagaimana hukum mencintai bangsa dan tanah air. Beliau dengan tegas mengatakan: “hubbul wathan minal iman” (bahwa cinta terhadap bangsa dan tanah air adalah bagian dari iman). Karena tanpa memiliki tanah air dan menjadi sebuah bangsa yang kuat dan berdaulat, akan sulit rasanya bagi kita sebagai umat, dapat mengamalkan ajaran agama secara damai dan aman. Dengan kata lain, untuk memelihara iman itu sangat dibutuhkan rasa aman.
Hadirin sidang Jum’ah yang dirahmati Allah,
Terkait makna tanah air yang dalam bahasa Arab disebut “al-wathan”, Syaikh Ali al-Jurjani, dalam kitabnya at-Ta’rifat, ia menjelaskan:
اَلْوَطَنُ هُوَ مَوْلِدُ
الرَّجُلِ وَالْبَلَدُ الَّذِيْ هُوَ فِيْهِ
“Tanah air adalah tempat kelahiran seseorang dan negeri di mana ia tinggal di dalamnya”. (Lihat: Ali bin Muhammad bin Ali Al-Jurjani, At-Ta`rifat, Beirut, Darul Kitab Al-‘Arabi, cet ke-1, 1405 H, halaman 327).
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW pun pernah mengungkapkan rasa cintanya kepada tanah air yang merupakan tempat kelahiran beliau, yaitu negeri Mekkah. Hal ini bisa kita ketahui dari riwayat Imam Ibnu Hibban yang bersumber dari penuturan Abdullah Ibnu Abbas RA, bahwa Nabi pernah bersabda:
مَا أَطْيَبَكِ مِنْ
بَلْدَةٍ وأَحَبَّكِ إِلَيَّ, وَلَوْلاَ أَنَّ قَوْمِيْ أَخْرَجُوْنِيْ مِنْكِ مَا
سَكَنْتُ غَيْرَكِ
“Alangkah baiknya engkau (wahai Mekkah) sebagai sebuah negeri dan engkau merupakan negeri yang amat aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku darimu, niscaya aku tidak akan tinggal di negeri selainmu”.
Jama’ah sekalian yang
dirahmati Allah,
Demikian pentingnya tanah air
ini, dalam pepatah Arab dikatakan:
مَنْ لَيْسَ لَهُ
أَرْضٌ لَيْسَ لَهُ تَارِيْخٌ, وَمَنْ لَيْسَ لَهُ تَارِيْخٌ لَيْسَ لَهُ ذَاكِرَةٌ.
"Barang
siapa tidak memiliki tanah air, ia tidak memiliki sejarah. Dan barang siapa
yang tidak memiliki sejarah, maka ia akan terlupakan.” Dalam pepatah
Arab yang lain juga dikatakan:
لَوْ ضَاعَ مِنْكَ الذَّهَبُ, فِي سُوْقِ الذَّهَبِ تَلْقَاهُ. لَوْ ضَاعَ
مِنْكَ الْحَبِيْبُ, يُمْكِنُ فِي سَنَةٍ أَوْ سَنَتَيْنِ تَنْسَاهُ. لَكِنْ لَوْ
ضَاعَ مِنْكَ الْوَطَنُ, وَيْنَكَ تَلْقَاهُ.
“Jika engkau kehilangan emas, di pasar emas kan kau dapatkan gantinya. Jika engkau kehilangan kekasih, mungkin setahun – dua tahun kau bisa melupakannya. Namun jika engkau kehilangan tanah air, maka dari mana kau kan temukan gantinya?!”.
Maka, adalah fenomena yang memprihatinkan, apabila hingga saat ini di kalangan sebagian kelompok masih kerap muncul pandangan keliru yang mempertentangkan antara kecintaan terhadap bangsa dan tanah air dengan agama. Bahkan, tak jarang sebagian dari mereka secara terang-terangan menolak konsep nasionalisme atau kebangsaan karena menganggapnya bukan bagian dari ajaran agama.
Jama’ah sekalian yang
dirahmati Allah,
Semua uraian di atas menegaskan kepada kita, bahwa pemahaman keislaman dan kebangsaan haruslah kita pahami secara selaras dalam kerangka ukhuwwah wathaniyah, yakni menjaga loyalitas dan soliditas kebangsaan meski di tengah banyaknya perbedaan atau kebhinekaan. Karena perbedaan adalah sunnatullah dan bukan merupakan sesuatu yang dilarang, karena yang dilarang adalah pertikaian dan permusuhan. Dengan bekal pemahaman seperti inilah ajaran Islam akan benar-benar mewujud menjadi rahmat bagi seluruh alam, dan negeri yang kita cintai ini pun tentunya diharapkan benar-benar menjadi negeri "Darus Salam" yang selalu penuh kedamaian, menjadi negeri yang senantiasa aman dan masyarakatnya penuh iman, sebagaimana diistilahkan oleh al-Qur’an: baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Kemudian yang terakhir, sebagai penutup khutbah siang hari ini, sebagai bangsa yang besar, ada 2 (dua) hal yang harus selalu kita ingat, sebagaimana disimbolkan dalam akronim 2 kata JAS, yaitu: JAS MERAH dan JAS HIJAU. JAS MERAH artinya “JAngan Sekali-kali MElupakan SejaRAH”, dan JAS HIJAU artinya “JAngan Sekali-kali HIlangkan JAsa Ulama”. Selamat Hari Santri Nasional, 22 Oktober 2025, “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia”.
Demikian khutbah ini kami sampaikan. Semoga bermanfaat
bagi kita sekalian.
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. أُدْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ أَحْسَنُ... وَقَالَ تَعَالَى: وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِيْ نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُوْنَ لِلْعَالَمِيْنَ نَذِيْرًا.
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيْرًا.
خَلَقَ الإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ يَبْتَلِيْهِ فَجَعَلَهُ سَمِيْعًا بَصِيْرًا.
ثُمَّ هَدَاهُ السَّبِيْلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُوْرًا. فَمَنْ شَكَرَ كَانَ
جَزَاؤُهُ جَنَّةً وَحَرِيْرًا وَنَعِيْمًا وَمُلْكًا كَبِيْرًا. وَمَنْ كَفَرَ لَمْ
يَجِدْ لَهُ مِنْ دُوْنِ اللهِ وَلِيًّا وَلاَ نَصِيْرًا. نَحْمَدُهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
حَمْدًا كَثِيْرًا، وَنَعُوْذُ بِنُوْرِ وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ مِنْ يَوْمٍ كَانَ شَرُّهُ
مُسْتَطِيْرًا. وَنَسْأَلُهُ أَنْ يُلَقِّيَنَا يَوْمَ الْحَشْرِ نَضْرَةً وَسُرُوْرًا.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ شَهَادَةً تَجْعَلُ الظُّلْمَةَ نُوْرًا. وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ الْمُرْسَلُ مُبَشِّرًا وَنَذِيْرًا. وَدَاعِيًا
إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَجَمِيْعِ أُمَّتِهِ عَدَدَ
أَنْفَاسِ مَخْلُوقَاتِكَ شَهِيْقًا وَزَفِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا
الْمُسْلِمُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، أُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى
اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ, وَقَالَ تَعَالَى: إِنَّ
اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِىِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى أَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَتِكَ الْمُقَرَّبِيْنَ, وَارْضَ اللَّهُمَّ
عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ
بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ, وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ،
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ
سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِالإِسْلاَمِ
وَاخْتِمْ لَنَا بِالإِيْمَانِ وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ وَلاَ تَخْتِمْ
عَلَيْنَا بِسُوْءِ الْخَاتِمَةِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا اسْتَوْدَعْنَاكَ هَذِهِ الْقَرْيَةَ
وَبِلاَدَ إِنْدُوْنِيْسِيَا أَهْلَهَا كِبَارَهَا وَصِغَارَهَا رِجَالَهَا وَنِسَاءَهَا
بِجُوْدِكَ وَكَرَمِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. فَيَا عِبَادَ اللهِ،
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءَ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ.
فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ
وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُ.
izin downloud & Terima kasih
BalasHapus