Khutbah I
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ
الحُرِّيَّةَ وَالاسْتِقْلَالَ حَقًّا لِبَنِي الإِنْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي
الْاِيْمَانِ وَالْاِحْسَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمِ تَزَلْ سَحَائِبُ
جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، العَلِيْمِ الَّذِيْ
لَايَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ
لَاتَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ، اَلْكَرِيْمِ
الَّذِيْ تَأَذَّنَ بِالْمَزِيْدِ لِذَوِي الشُّكْرَانِ. أَحْمَدُهُ حُمْدًا
يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانِ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ
مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ
دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ
اِلَى الْوِجْدَانِ، عَالِمُ الظَّاهِرِ وَمَا انْطَوَى عَلَيْهِ الْجَنَانِ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ
الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ.
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ
وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hadirin
jamaah Jum’at rahimakumullâh,
Sebentar lagi kita akan memperingati satu peristiwa
yang cukup penting dan bersejarah bagi perjalanan bangsa kita, yakni Hari
Pahlawan 10 November 1945. Pada hari itu, tujuh puluh sembilan tahun lalu,
segenap rakyat Indonesia dari berbagai unsur, termasuk kaum santri dan ulama
yang didorong oleh semangat Fatwa Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama 22 Oktober
1945, terlibat pertempuran besar di Surabaya demi mempertahankan kedaulatan
negara yang baru saja merdeka, dari upaya tentara Belanda dan sekutunya yang
hendak kembali menjajah bangsa kita. Kemerdekaan bangsa kita bukanlah
hadiah atau pemberian secara cuma-cuma dari Jepang maupun Belanda. Akan tetapi
atas berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT yang ditebus dengan nyawa, cucuran
darah, keringat dan air mata. Pada 10 November 1945 para santri dan ulama dari
berbagai daerah se-antero Jawa dan Madura bersatu dan berjuang di Surabaya mengobarkan
perlawanan terhadap penjajah demi tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia; demi menghapuskan perbudakan dan penjajahan dari bumi nusantara,
karena bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan, sebagaimana
diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945.
Berkaitan dengan pentingnya kemerdekaan ini, Syekh Musthofa Al-Ghalayaini, seorang ulama yang cukup masyhur dari Beirut Libanon (lahir 1808 M) dalam kitabnya ‘Idzatun Nasyi’in (Nasehat untuk Generasi Muda) menyatakan:
أَنَّ لِلأُمَمِ أَجَلًا
وَأَجَلُ كُلِّ أمَّةٍ يَوْمَ تَفْقَدُ حُرِّيَّتُهَا
Artinya: “Setiap bangsa memilika ajal (yang menjadi pertanda kematiannya), dan ajal setiap bangsa itu adalah manakala bangsa itu telah kehilangan kemerdekaannya.”
Hadirin sidang
Jum'at rahimakumullâh,
Dalam menyambut peringatan hari pahlawan ini, marilah sejenak kita mengingat kembali kisah perang Khandaq, perang yang terjadi pada masa Rasulullah SAW ketika menghadapi serangan kaum kafir Quraisy beserta sekutunya yang hendak menyerang Madinah. Pada perang tersebut, umat Islam dilanda sejumlah kesulitan karena minimnya jumlah pasukan dan perlengkapan. Karena kalah jumlah pasukan, Rasulullah SAW pun atas usul Salman Al-Farisi (seorang sahabat Nabi dari Persia) akhirnya membuat jalur pertahanan berupa parit (yang dalam bahasa Arab disebut Khandaq). Saat membuat parit itu Rasulullah SAW ikut terjun langsung bersama para sahabat. Setelah berhari-hari membuat parit persediaan makanan di Madinah terus menipis, sehingga para sahabat banyak menderita kelaparan. Untuk menghilangkan rasa lapar, para sahabat banyak yang mengganjal perut mereka dengan batu. Demi sebuah kemerdekaan mereka semua rela menahan lapar.
Hingga suatu saat ada seorang sahabat yang karena sudah tidak kuat lagi menahan rasa laparnya ia menghadap kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, kami sudah mengganjal perut kami dengan satu batu, tapi kami tetap tidak kuat menahannya.” Rasulullah SAW pun tersenyum seraya memperlihatkan ikatan di perut Rasulullah SAW, ternyata sudah ada 2 batu terikat di perut beliau. Saat para sahabat merasakan lapar, Rasulullah SAW pun sebenarnya lebih lapar dari mereka. Inilah contoh jiwa kepemimpinan dan kepahlawanan sejati seorang pemimpin yang diajarkan oleh Rasulullah SAW yang saat ini sudah mulai jarang kita temukan. Apa yang dialami dan dilakukan oleh Rasulullah beserta sahabatnya itu merupakan contoh kecil tentang betapa mahalnya sebuah kemerdekaan: kemerdekaan dari penjajahan dan penindasan, kemerdekaan untuk menentukan nasib bangsanya sendiri, kemerdekaan untuk hidup tenang dan damai. Untuk meraih itu semua, mereka harus rela mengorbankan segalanya, mulai dari tenaga, pikiran, fisik, hingga nyawa. Demikian pula yang dilakukan para pahlawan dan para pendahulu bangsa kita.
Hadirin jamaah
Jum'at rahimakumullâh,
Membangun jiwa kepahlawanan, kepedulian dan pengorbanan untuk kepentingan diri kita sendiri mungkin tidaklah sulit, tetapi membangun jiwa kepahlawanan dan pengorbanan untuk orang lain dan masyarakat itu bisa luar biasa sulitnya. Marilah sejenak kita renungkan firman Allah SWT dalam QS Al Ahzab: 28-30.
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ
الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ
وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا (28) وَإِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ
اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ
لِلْمُحْسِنَاتِ مِنكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا (29)
Artinya: “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, “Jika kamu sekalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah akan kuberikan kepadamu mut’ah (perhiasan) dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki keridhoan Allah dan Rosulnya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa saja yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar.”
Berkaitan dengan ayat di atas, Ibnu ‘Asyur (1879-1973), seorang mufassir modern dari Tunisia, dalam kitab tafsirnya at-Tahrir wa at-Tanwir menjelaskan, asbabun nuzul atau latar belakang turunnya ayat tersebut adalah, saat Bani Quraidlah berhasil ditaklukan oleh Rasulullah SAW, kaum Muslimin mendapat harta ghanimah (rampasan perang) yang sangat banyak, sehingga para istri Rasulullah SAW menganggap beliau dalam keadaan berlimpah harta. Maka kemudian istri-istri Nabi itu pun meminta nafkah lebih kepada Rasulullah SAW. Dan kemudian turunlah ayat tersebut yang menyindir istri-istri Nabi, apakah mereka lebih memilih kehidupan dunia atau kehidupan akhirat.
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Dari sekelumit
sejarah di atas, dan dengan semangat hari pahlawan ini, marilah kita bangkitkan
jiwa pengorbanan, kepedulian dan kepahlawanan dalam diri kita untuk berjuang
dan berkorban demi kebaikan masyarakat, kemajuan agama, serta nusa dan bangsa. Nabi
SAW bersabda:
أحَبُّ الناسِ إلى اللهِ أنفَعُهم
للناسِ (أخرجه الطبراني)
(Manusia yang paling dicintai Allah adalah manusia yang paling banyak memberikan manfaat kebaikan bagi manusia lainnya). Memberi manfaat dan kebaikan tidak harus berupa hal-hal yang bersifat materi, tetapi termasuk ilmu pengetahuan, saran atau pemikiran, kemasyhuran, jabatan dan kedudukan, bahkan tenaga serta apa saja yang sanggup dan mungkin dilakukan seseorang sesuai dengan porsi dan profesinya masing-masing.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِتِّحَادِ
وَاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ الْمَتِيْنِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، إِيَّاهُ نَعْبُدُ وَإِيَّاُه نَسْتَعِيْنُ.
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً
لِلْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا
إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهمّ صلّ على سيدنا محمد
وعلى أنبيآئك ورُسُلِك وملآئكتِك المقرّبين, وارضَ اللهمّ عن الخلفاء الراشدين أبي
بكر وعمر وعثمان وعليّ وعن بقيّة الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان
إلى يوم الدين, وارض عنّا معهم برحمتك ياأرحم الراحمين. اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوات.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا
مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا
وَلا مَحْرُوْمًا. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ
وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا
صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا،
وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا
صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاً طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ
وَالإِكْرَامِ. ربّنا آتنا في الدّنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النّار.
والحمد لله رب العالمين. عبادالله، إنّ الله يأمر بالعدل والإحسان وإيتاء ذي
القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر والبغي يعظكم لعلّكم تذكّرون. فاذكروا الله
العظيم يذكركم واشكروه على نعمه يزدكم واسئلوه من فضله يعطكم ولذكرالله اكبر.
(Mohamad Kholil, Ketua DKM Masjid Jami’ Al-Ikhlas Dukuhjeruk; Wakil Ketua Lembaga Dakwah PCNU Indramayu; Plh. Ketua MWC NU Karangampel)