Kamis, 28 Maret 2013

Biografi Imam Jalaluddin As-Suyuthi


“BIOGRAFI IMAM JALALUDDIN AS-SUYUTHI”


Nama lengkap beliau adalah:
أبو الفضل جلال الدين عبد الرحمن بن الكمال أبي بكر بن محمد بن سا بق الدين بن الفخر بن عثمان بن ناظر الدين محمد بن سيف الدين حضر بن نجم الدين أبي صلاح أيوب بن ناصر الدين محمد بن الشيخ همام الدين الهمّام الخضيري السيوطي.

Adapun nama kunyahnya adalah “Abu al-Fadhl”, sedangkan nama laqabnya adalah Jalaluddin As-Suyuthi. Beliau dilahirkan setelah maghrib pada malam ahad di awal bulan Rajab, tepatnya pada tahun 849 H, di Kairo, Mesir. Imam As-Suyuthi pernah melakukan perjalanan ke beberapa negeri seperti Syam, Hijaz, Yaman, Hindi, Maghrib, dan Takrur hanya untuk menimba ilmu. Ayah Imam As-Suyuthi meninggal dunia ketika umur beliau menginjak 5 tahun 7 bulan. Imam As-Suyuthi telah mengkhatamkan Al-Qur’an ketika umurnya baru 8 tahun, ia banyak menghafal matan-matan hadis yang ia ambil dari banyak guru, jumlah mereka itu menurut muridnya, al-Dawudi, mencapai 51 orang.

Karya-karya Imam As-Suyuthi mencapai tak kurang dari 500 kitab. Ia mempunyai keistimewaan dalam kecepatannya mengarang kitab, sehingga muridnya, al-Dawudi, menceritakan: “aku melihat Syaikh (Imam As-Suyuthi) menulis kitab dalam satu hari sebanyak 3 bab”. Adapun mengenai nisbah kepada الخضيري ia berkomentar bahwa tidak ada yang lebih mengetahuinya kecuali al-khudairiyah (الخضيرية), yaitu tempat kering di Baghdad. Imam As-Suyuthi pada umur 8 tahun sudah hafal al-Quran, kemudian beliau menghafal kitab al-Umdah, Manhaj, Fikih, Ushul, dan Alfiyah bin Malik. Beliau mulai berkecimpung dalam kesibukan ilmu pengetahuan dari tahun 864 H, yaitu ketika umur beliau 15 tahun. Beliau belajar Fikih dan Nahwu serta belajar ilmu Faraidh dari Syeikh Syihabuddin al-Syarimasahi, beliau belajar bersama Syaikhul Islam Ilmuddin al-Bulqini dalam bidang Fikih sampai beliau meninggal dunia. Beliau membacakan kepada anaknya al-Bulkini dari awal al-Tadrib sampai al-Wakalah, beliau juga mendengarkan kepadanya dari awal al-Hâwi al-Shagîr sampai berkali-kali, beliau juga mendengar dari al-Bulkini isi kitab al-Manhâj dari awal sampai bab zakat, dan sebagian dari kitab al-Raudhah dari bab Qadha, serta sebagian syarah al-Manhâj Imam Zarkasyi. Beliau belajar bersama Syaikhul Islam Syarafuddin al-Manawi lalu beliau membacakan kepadanya sebagian dari isi kitab al-Manhâj, beliau juga belajar syarah al-Bahjah dan Hasyiah Tafsir al-Hanafi, di samping itu beliau juga belajar hadis dan Bahasa Arab kepada Taqiyuddin al-Hanafi. Beliau menekuninya dalam waktu 4 tahun, dan beliau sempat belajar bersama Al-‘Allamah Ustadz Mahyuddin al-Kafiji selama 14 tahun, beliau belajar darinya berbagai macam ilmu, mulai dari Tafsir, Ushul, Bahasa Arab, Ma’ani, dll.

Imam As-Suyuthi adalah orang yang paling alim di zamannya di bidang ilmu hadis dan berbagai cabangnya, rijalul hadis, gharib, matan hadis, sanad, serta istimbat kepada hukum-hukumnya. Beliau telah mengkhabarkan bahwa dirinya telah menghapal 200 ribu hadis. Beliau berkata: “Seandainya aku mendapati lebih banyak hadis niscaya akan lebih banyak yang bisa aku hapal”. Ketika umur beliau mencapai 40 tahun, beliau mengosongkan segala aktivitasnya, hanya untuk beribadah, dan beliau berpaling dari dunia dan masyarakatnya, beliau juga meninggalkan untuk berfatwa dan tidak juga menjalani ativitas mengajar, beliau mengemukakan semua itu dalam karyanya yang berjudul al-Tanfis. Imam As-Suyuthi bermukim di Raudhah al-Miqyas dan tidak berpindah sampai beliau meninggal dunia. Beliau mempunyai sifat-sifat yang baik dan karamah yang banyak, beliau juga banyak sekali mempunyai pengetahuan syair, beliau menguasai secara mendalam faedah-faedah keilmuan, dan hukum-hukum syara’. Adapun Suyuth adalah nama negeri kelahiran ayahnya. Beliau belajar dan menimba berbagai macam ilmu pengetahuan dari para tokoh ulama pada masa itu, sehingga beliau banyak menguasainya dan menjadi tokoh yang paling menonjol di antara teman-temannya. Beliau pernah menjabat mufti selama beberapa tahun dan mengajar di madrasah Al-Syaikhuniyah, kemudian di madrasah Al-Bibersiyah.

Pada usia tuanya beliau banyak beristirahat dan ber’uzlah di rumahnya, yaitu di Raudhah, beliau menekuni ibadah dan menulis kitab. Banyak sekali ulama yang membuat biografi Imam As-Suyuthi, di antara mereka adalah muridnya Al-Hafidz al-Dawudi membuat biografi tersendiri dari kitab gurunya Al-Hafidz As-Suyuthi, Imam As-Suyuthi sendiri juga membuat biografi tentang dirinya dalam banyak kitab, dan salah satu kitab itu menyebutkan sesuatu yang tidak dijelaskan dalam kitab lainnya. Banyak juga yang membuat biografi beliau dari kalangan pendukung bahkan penentang beliau, demikian juga orang yang bersikap moderat di antara keduannya. Di antara ulama dahulu yang membuat biografi beliau adalah Imam Ibnu Iyas dalam kitab sejarahnya. Juga pemilik kitab al-Kawâkib al-Sirâh, dan Abdul Ghani al-Nablisy. Salah seorang dari ulama modern yang membuat biografi Imam Sayuthi adalah Imam al-Muhaqqiq Sayid Abdul Hay al-Kanani. Jalaluddin As-Suyuthi merupakan puncak dari tokoh-tokoh ulama yang berpengaruh sehingga banyak yang mengomentarinya baik orang yang mencela maupun orang yang memujinya.

Beliau adalah orang yang produktif dalam karyanya, beliau juga memiliki daya ingat yang kuat dan semangat tinggi sejak kecil. Beliau belajar dan nyantri kepada guru-gurunya yang jumlahnya mencapai 600 orang. Keagungan dan kemuliaan yang didapat As-Suyuthi, serta lautan ilmu yang begitu luas, tak lepas dari do’a orang-orang shalih dan guru-guru beliau yang senantiasa menjadi pembimbingnya, hal ini beliau ungkapkan sendiri, katanya: “semasa ayahku masih hidup, aku dibawa kepada Syaikh Muhammad al-Majdzub, yaitu seorang wali yang terkenal di dekat al-Masyhad al-Nufaisi, lalu beliau memberkatiku. Manakala aku berhaji dan minum air zam-zam, itu karena beberapa motivasi, di antaranya: 1) supaya di dalam fikih aku disampaikan kepada derajat guruku Sirajuddin al-Bulqini, 2) di bidang hadis mencapai derajat al-Hafidz Ibnu Hajar.

Di samping ilmunya yang banyak, ia adalah seorang yang mulia, dermawan, shalih, tidak pernah berambisi pada kekuasaan dan tidak pernah minta bantuan kepada pemerintah atau raja-raja. Diriwayatkan bahwa Sultan al-Ghuri pernah mengirim kepadanya seorang budak bersama uang seribu dinar. Tetapi ia menolak uang seribu dinar tersebut dan menerima budak untuk dimerdekakannya dan dijadikan sebagai pelayan masjid Nabawi, ia sering dikunjungi oleh para penguasa, Amir dan menteri dengan membawa berbagai pemberian dan hadiah, namun ia selalu menolaknya. Dia juga berkata kepada para pejabat, “jangan datang kepadaku selalu membawa hadiah, karena Allah telah mencukupiku dari hal seperti itu”. Ia tidak mondar-mandir kepada raja, juga tidak kepada lainnya. Raja selalu mengundangnya dan dikatakan kepadanya, bahwa sebagian wali Allah mondar-mandir menemui raja-raja dan pejabat dalam kebutuhan manusia. Dia menjawab: “mengikuti ulama salaf serta tidak mondar-mandir kepada raja dan pejabat adalah lebih selamat bagi agama orang Islam”. Imam As-Suyuthi berkata: “Aku dianugerahi oleh Allah lautan dalam 7 ilmu, yaitu: Tasir, Hadis, Fikih, Nahwu, Ma’ani, Bayan dan Badi’. Dengan banyaknya ilmu yang dikuasai, Imam As-Suyuthi telah sampai pada derajat yang tinggi, beliau menghimpun dengan tangannya sendiri berbagai macam kitab dan karangan, maka jadilah beliau seorang yang mempunyai pengetahuan dan pandangan yang luas, sampai-sampai beliau diberi gelar “Ibn Kutub”(إبن الكتب).

Imam As-Suyuthi tidak akan pernah menjadi apa-apa tanpa peran seorang guru, berikut adalah guru-guru beliau yang masyhur: Syaikh Ilmuddin al-Bulkini, kepadanya beliau belajar Fiqih Asy-Syafi’i; Syaikh Syarafuddin al-Manawi, guru beliau dalam bidang ilmu-ilmu agama dan Bahasa Arab; Syaikh Mahyuddin al-Kafiji (W. 879 H); Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Musa al-Sairami, kepadanya beliau membaca Shahih Muslim dan al-Syifa serta yang lainnya; dan Taqiyuddin al-Hanafi, guru Imam As-Suyuthi dibidang hadis dan Bahasa Arab.

Adapun murid-murid Imam As-Suyuthi yang menjadi pelengkap bagi kemasyhuran beliau di antara mereka yang terkenal adalah: 1. Muhammad bin Ali al-Dawudi (W. 945 H) 2. Zainuddin Abu Hafash Umar bin Ahmad al-Syima’i (W. 936 H) 3. Muhammad bin Ahmad bin Iyas (W. 930 H) 4. Muhammad bin Yusuf al-Syami al-Shalihi al-Mishri (W. 942 H) 5. Ibnu Thulun Muhammad bin Ali bin Ahmad (W. 953 H) 6. Al-Syarani, Abdul Wahab bin Ahmad (W. 973 H), beliau wafat di Kairo.

Imam As-Suyuthi diklasifikasikan sebagai salah seorang aulia Allah oleh Al-Nabhani dalam kitabnya Jami’ Karamat al-Auliya. Salah satu cerita yang menarik adalah Imam As-Suyuthi pernah melihat Nabi SAW di dalam mimpi, dan beliau bertanya kepada Nabi SAW tentang sebagian hadis, dan Nabi SAW berkata kepadanya “Bawalah kemari yaa syaikhussunnah”. Dia melihat dirinya ini di dalam mimpi dan Nabi berkata kepadanya: “bawalah kemari yaa syaikhul hadis”. Muridnya, al-Syaikh Abd al-Qadir al-Syadzili, di dalam kitab terjemahnya menyebutkan bahwa gurunya Imam As-Suyuthi berkata: “Aku melihat Nabi di waktu jaga, lalu Nabi berkata kepadaku “yaa syaikh al-hadis”, lalu aku bertanya kepada beliau: “yaa Rasulallah, apakah aku ini termasuk golongan ahli surga?”. Nabi menjawab: ya. Syaikh Abd al-Qadir bertanya kepada gurunya: “yaa tuanku, berapa kalikah engkau melihat Nabi dalam keadaan jaga?”, Beliau menjawab: “lebih dari 70 kali”.

Di akhir hayatnya, Imam As-Suyuthi ditimpa sakit keras, dan di tangan kirinya terdapat bengkak, akhirnya beliau harus mengakhiri serangkaian warna kehidupannya pada waktu menjelang subuh, malam Jum’at 29 Jumadil Awal pada tahun 911 H. Sang Imam Besar abad ke 10 H berpulang ke rahmatullah, di rumahnya di Raudhah al-Miqyas.

Kitab-kitab karya beliau mencapai 500 kitab. Menurut Brokelmen, seorang orientalis Jerman menghitungnya sekitar 415 buah karya tulis Imam As-Suyuthi, ada yang sudah diterbitkan dan ada pula yang masih dalam bentuk manuskrip. Ibnu Ilyas berkata: “karya tulis beliau mencapai 600 buah membahas berbagai cabang ilmu pengetahuan Islam, Arab, dan Sejarah.” Sebagian dari kitab Imam As-Suyuthi adalah karangan asli, sebagian dari rangkuman kitab-kitab lain sebelumnya, sebagian lagi adalah kumpulan tulisan dan susunan. Karakteristik tulisannya terdapat di semua kitabnya, dia memperhatikan karakteristik penulisan yang mudah, maka karya-karyanya tidak ditemukan komentar, baik yang karangan, himpunan atau susunannya.” Ibnu Imad berkata sebagaimana yang dikutip Mani Abd Halim Mahmud dalam beberapa catatan, bahwa muridnya Imam As-Suyuthi memiliki nama-nama kitab karyanya yang besar, yang utuh dan terhimpun, maka jumlahnya menghabiskan angka 500 karya. Karya-karyanya popular di seantero bumi baik timur dan barat, dan itu adalah mukjizat besar dalam kecepatannya menyusun kitab. Abul Hasanat, Muhammad Abdul Hay al-Kanwi dalam kitabnya Hasyiyah Muwaththa (seperti yang telah dikutip Halim Mahmud) setelah menuturkan biografi Imam As-Suyuthi mengatakan: “Karya-karyanya semua membuat faidah-faidah yang luas, hikmah yang mulia, semuanya digambarkan oleh kedalaman ilmunya, keluasan pandangan dan kejelian pemikirannya. Dan terbukti ia adalah termasuk dari pembaharu agama Islam di awal abad ke-10 dan akhir abad ke-9 H. Sebagaimana ia mengakuinya sendiri, dan kebenarannya disaksikan ulama yang datang sesudahnya seperti Ali Alqari Almakki dalam kitab al-Mirat Syarh al-Misykat.” Sayyid Muhammad Abdul Hay al-Kanani mengatakan: “Di Mesir penuh dengan kumpulan-kumpulan karya As-Suyuthi, di tahun 904 sebelum 7 tahun dari wafatnya tercatat karyanya berjumlah 538, jumlah karyanya di bidang tafsir sebanyak 73, dalam hadis 205, di bidang mushthalah al-hadis 32, fiqih 71, ushul fikih dan tasawwuf sebanyak 20, lughah, nahwu dan tashrif 66, al-ma’ani, bayan dan badi’ 6, kitab yang dihimpun dari berbagai disiplin ilmu 80, al-tabaqat wa tarikh 30, dan jami’ 37.

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa buah karya Imam As-Suyuthi sangatlah banyak, mencapai 500 buah menurut al-Dawudi, dan 600 buah menurut Ibnu Ilyas. Di antara karya-karya Imam as-Suyuthi yang dapat ditemukan antara lain : 1. Al-Durr al-Mantsur fi al-Tafsir bi al-Ma’tsur 2. Al-Ashbah wa al-Nazhair 3. Hamm al-Awami’, Syarah Jum’ul Jawami’ 4. Al-Jami’ al-Kabir fi al-Hadis 5. Ainul Isbah fi Ma’rifah al-Shah-abah 6. Duur al-Shuhbah fi Man ‘Asya min al-Shahabah, Miatan wa ‘Isyrin 7. Rih al-Nasrin fi Man ‘Asya min al-Shahabah, Miatan wa ‘Isyrin 8. Is’af al-Mabda bi Rijal al-Muwaththa 9. Kasyf al-Talbis ‘an Qalbi Ahl al-Tadli 10. Tadrib al-Rawi Syarh Taqrib al-Nawawi 11. Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an 12. Tarikh al-Khulafa’, dan masih banyak lagi karya-karya beliau yang tidak tertuliskan di sini.